Kamis, 25/04/2024 07:40 WIB

Kementan Siapkan Teknologi Pertanian Adaptif Perubahan Iklim Global

Kementan terus mendorong dan mengembangkan sistem pertanian yang ramah iklim dan ramah lingkungan.

Kepala Badan Litbang, Kementan Fadjry Djufry saat membuka pertemuan the 9th Global Research Alliance (GRA) Green Gas Houses and Emission Council Meeting di Bali pada 6-7 September 2019.

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong inisiatif global untuk mdmitigasi perubahan iklim (climate change). Salah satunya, menyediakan teknologi pertanian yang daptif perubahan iklim.

Demikian kata kepala Badan Litbang, Kementan Fadjry Djufry saat membuka pertemuan the 9th Global Research Alliance (GRA) Green Gas Houses and Emission Council Meeting di Bali pada 6-7 September 2019.

Pertemuan yang dihadiri perwakilan 56 negara ini akan dirangkaikan dengan the 5th Global Science Conference on Climate Smart Agriculture yang akan dilaksanakan di Jimbaran, Bali pada 8-11 Oktober 2019.

Fadjry mengatakan, perubahan iklim adalah hal yang nyata dan telah memberikan dampak yang ekstrim di berbagai negara.

Lebih lanjut dikatakan, sektor pertanian paling rentan menghadapi cuaca yang ekstrim karena perubahan iklim, sementara pertanian harus dapat berproduksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Fadjry selaku Ketua Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases (GRA) yang baru mengingatkan, pentingnya dukungan dan kolaborasi seluruh pihak menghadapi perubahan iklim.

"Dunia menunggu implementasi system manajemen berbasis sains untuk pangan dan pertanian yang lebih kuat," kata Fadjry.

Fadjry mengemukakan, visi GRA satu tahun ke depan adalah menjadi majelis terkemuka di dunia dalam penelitian dan pengembangan teknologi, terkait adaptasi terhadap iklim ekstrem, dan mitigasi gas rumah kaca pertanian.

Sebagai informasi, GRA sejak 2009 telah mempunyai anggota 56 negara. Aliansi ini membawa negara-negara anggotanya untuk mencari dan mempraktekan cara mengembangkan pertanian guna memperoleh pangan berlimpah tanpa harus meningkatkan emisi gas rumah kaca.

Kegiatan Aliansi ini melaksanakan empat grup riset, yaitu Paddy Rice, Livestock, Cropland, dan Integrative. Setiap grup riset melaksanakan pertemuan rutin guna mengevaluasi kemajuan kegiatan yang sedang dilaksanakan dan juga membahas isu-isu terkini.

Pertemuan tahunan kali ini, Indonesia bertindak sebagai Ketua Konsil, dengan mengambil tema ‘Decision support tools’ yang fokus kepada sains dan training pada GRA’s Research Groups.

Pemerintah Indonesia sendiri menurut Fadjry, melalui Kementan terus mendorong dan mengembangkan sistem pertanian yang ramah iklim dan ramah lingkungan.

Pemerintah terus bermitra dengan negara lain dan beberapa lembaga internasional agar sistem pertanian ramah iklim dapat dimodifikasi, diadaptasi dan diterapkan di Indonesia.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Perubahan Iklim Fadjry Djufry Sektor Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :