Jum'at, 19/04/2024 21:38 WIB

Kaum Radikal Tunggangi Aksi Mahasiswa, Haidar: Itu Mahasiswa Tua Semester 120 dan 140

Mereka ingin menjadikan Indonesia seperti di Afghanistan, di Suriah, Mesir dan negara-negara lain.

Aliansi Relawan Jokowi

Jakarta, Jurnas.com - Penanggungjawab Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) Haidar Alwi menilai aksi mahasiswa yang melakukan demonstrasi di depan gedung DPR tak semuanya murni mahasiswa.

Kata Haidar, ada juga mahasiswa yang ditunggangi dan dimanfaatkan oleh kaum radikal dan intoleran yang ingin mengacaukan negara Indonesia, yakni dengan berupaya menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden yang sah pada 20 Oktober 2019.

"Itu yang demo mahasiswa atau yang menamakan diri mahasiswa. Ada mahasiswa yang semester 120. Mahasiswa umurnya mau 70 tahun. Ada smseter 140. Gak jelas," kata Haidar.

Haidar menegaskan, para demonstran itu datang dari 5 provinsi yang jumlahnya terus bertambah, bahkan akan mencapai 10 ribu lebih.

Namun di balik itu semua, Haidar memastikan ada pihak-pihak dari kaum radikal dan intoleran yang berupaya menggagalkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 20 Oktober. Juga dari kalangan ISIS serta HTI.

"Mereka ingin menjadikan Indonesia seperti di Afghanistan, di Suriah, Mesir dan negara-negara lain. Mereka ingin menggulingkan pemerintahan yang sah. Karena itu, ayo kita jaga Indonesia dari pihak-pihak kaum radikal ini," jelas Haidar.

Kata Haidar, dalam aksi itu juga ada mantan anggota ISIS yang sudah mecapai 100 lebih dan belum bisa dideteksi. Adapun yang terdeteksi baru ketangkep di Cakung.

"Indonesia negara terbuka, pada 21 dan 22 Mei lalu saja ada senjata yang bisa masuk ke Cengkareng, senjata yang bisa mematikan. Ada ribuan senjata dan itu yang dipakai nembak di Petamburan dari kelompom radikal dan intoleran. Saya pastikan itu bukan dari Polisi dan TNI," tutur Haidar.

Dijelaskan Haidar, posisi negara Indonesia akan terus diganggu sampai pelantikan Presiden 20 Oktober. Upaya ini tak akan berhenti sampai Jokowi dilantik.

Haidar juga menegaskan, jangan kira kasus Papua tak ada hubungannya dengan radikalisme dan intoleran. Sebab sangat jelas dibalik aksi itu ada kaum radikal yang bermain.

"Saudara kita orang Papua dijadikan korban. Diprovokasi, dikasi duit untuk bertindak anarkis. Sehingga tercapai kekacauan itu," bebernya.

Melihat kejadian-kejadian itu, Haidar mengaku rela mempersembahkan nyawa untuk melawan upaya pecah belah dan upaya menghancurkan Indonesia.

"Saya Haidar Alwi, saya rela persembahkan nyawa saya, demi kedamaian dan kemajuan Bangsa Indonesia. Saya bukan pencitraan, sebab ini bukan hanya soal pak Jokowi, tapi demi bangsa dan negara," ungkapnya.

"Jadi saya ikrarkan ini dari hati paling dalam. Sedikit pun bukan karena saya ingin jabatan, posisi atau apa pun. Ini semuanya demi bangsa dan negara kita tercinta," tuntas Haidar.

KEYWORD :

Demonstrasi Mahasiswa Haidar Alwi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :