Rabu, 13/11/2024 13:00 WIB

Trump Siap Stabilisasi Harga Minyak Dunia pasca Serangan Yaman

Sepuluh drone yang diterbangkan gerakan Ansarullah Yaman untuk menyasar fasilitas minyak utama Arab Saudi di Abqaiq dan Khura pada Sabtu (14/9).

Presiden AS Donald Trump menghadiri Piknik Kongres di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, pada 21 Juni 2019. (Foto: AFP)

Washington, Jurnas.com - Presiden -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Donald Trump mengatakan sudah memberi izin melepaskan cadangan minyak strategis Amerika Seriakt (AS) untuk menstabilkan harga minyak dunia yang melejit  setelah 10 pesawat tanpa awak Yaman menyerang fasilitas Aramco.

"Terkait serangan fasilitas Aramco, yang mungkin berdampak pada harga minyak, saya mengesahkan pelepasan minyak dari Strategic Petroleum Reserve, jika diperlukan, dalam jumlah yang tidak ditentukan untuk menjaga pasar dipasok dengan baik," kata Trump lewat akun Twitternya, Senin (16/9).

"Saya juga telah memberi tahu semua agen yang sesuai untuk mempercepat persetujuan dari jaringan pipa minyak yang saat ini dalam proses perizinan di Texas dan berbagai negara lain," tambahnya.

Cuitan Trump itu tak lama setelah minyak mentah Brent, patokan global harga minyak, melonjak 13 persen menjadi USD68,13 per barel setelah serangan balasan Yaman terhadap -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi.

Sepuluh drone yang diterbangkan gerakan Ansarullah Yaman untuk menyasar fasilitas minyak utama -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi di Abqaiq dan Khura pada Sabtu (14/9).

Serangan itu berimbas pada penutupan sekitar 50 persen dari produksi minyak mentah dan gas kerajaan, dan memotong produksi minyak mentah raksasa minyak negara sekitar 5,7 juta barel per hari.

Sebuah sumber industri minyak menjelaskan tentang perkembangan tersebut pada Minggu (15/9), mengatakan, belum diketahui berapa lama penghentian produksi minyak akan berlanjut karena kerusan fasilitas tersebut parah.

Aramco tidak memberikan tenggat kapan dimulainya kembali produksi minyak. Namun, sebuah sumber yang dekat dengan masalah ini mengatakan kepada Reuters, untuk memproduksi minyak serperti sedia kala akan memakan waktu berminggu-minggu.

Sekadar diketahui, lonjakan harga bahan bakar yang berkelanjutan dapat menjadi ancaman terbaru terhadap ekonomi dunia yang sudah berada di bawah tekanan signifikan dari perang perdagangan AS-Cina dan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

Pada Minggu (15/9) Reuters mengutip para pedagang dan analis yang mengatakan, kemungkina harga minyak akan terus melonjak hingga USD100 per barel jika -decoration:none;color:red;font-weight:bold">Arab Saudi tidak segera melanjutkan pasokan minyak yang hilang setelah serangan itu.

"Pasar bisa melihat pengembalian ke USD100 per barel jika masalah tidak dapat diselesaikan dalam jangka pendek," kata Greg Newman, co-CEO Onyx Commodities.

KEYWORD :

Arab Saudi Donald Trump Amerika Serikat -




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :