Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Washington, DC, 1 Agustus 2019. (Foto: AFP)
Washington, Jurnas.com - Analis politik Amerika Serikat (AS) mengatakan Presiden Donald Trump masih memandang China sebagai musuh utama di tengah perbedaan pendapat para pemimpin politik dan bisnis di AS terkait bagaimana cara mengatasi ancaman militer dan ekonomi China yang semakin meningkat.
Keith Preston, yang juga direktur attackthesystem, mengatakan beberapa orang di Washington mendukung tekanan militer dan ekonomi Trump yang sedang berlangsung terhadap Beijing, sementara banyak yang lain menyerukan agar ketegangan dalam hubungan itu berkurang.
Kesenjangan antara elit menjadi lebih jelas pada Jumat (23/8), ketika Trump menyiratkan bahwa kepala bank sentral AS adalah "musuh" yang lebih besar daripada Presiden China, Xi Jinping.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
Pernyata itu disampaikan setelah Ketua Federal Reserve, Jerome Powell memperingatkan bahwa perang perdagangan dengan China adalah risiko bagi ekonomi AS.
"Kami memiliki dolar yang sangat kuat dan Fed yang sangat lemah. Saya akan bekerja `cemerlang` dengan keduanya, dan AS akan bekerja dengan baik. Satu-satunya pertanyaan saya adalah, siapa musuh terbesar kita, Jay Powell atau Ketua Xi?" tulis Trump di akun Twitternya.
Preston mengatakan kepada Press TV, Minggu (25/8), perusahaan-perusahaan Amerika sangat bergantung pada Cina karena tenaga kerja murah di negara itu serta kebijakan Beijing untuk membagikan pinjaman kepada bisnis asing.
Sementara beberapa bagian pihak AS percaya bahwa ketidakseimbangan perdagangan yang tumbuh antara kedua belah pihak merugikan AS karena memungkinkan Cina meningkatkan ekonominya dengan biaya Amerika.
"China hanya memiliki sekitar setengah kekuatan ekonomi AS, tetapi ekonomi Tiongkok sudah tumbuh secara eksponensial dalam beberapa dekade terakhir dan ada beberapa pembuat kebijakan dan beberapa elit di AS yang khawatir tentang hal itu dan mereka ingin meningkatkan ketidakseimbangan perdagangan ini," kata Preston.
"Masalah lain adalah kenyataan bahwa Cina semakin dipandang [oleh AS] sebagai saingan geopolitik tidak hanya secara militer tetapi juga secara ekonomi," lanjutnya.
Gedung Putih juga sangat bergantung pada Cina untuk teknologi militernya, faktor lain yang telah memecah pejabat AS tentang pendekatan yang benar.
"Jelas bahwa pemerintahan Trump mewakili pembuluh darah Amerika yang memandang Cina sebagai musuh utama dan ingin mengambil posisi yang lebih hawkish terhadap China," tambahnya.
KEYWORD :Perang Dagang Amerika Serikat Keith Preston China