Sabtu, 20/04/2024 02:46 WIB

Perubahan Iklim Bisa Bunuh Pasien Penyakit Ginjal

para peneliti mencatat bahwa salah satu respons tubuh terhadap panas menurunkan tekanan darah

Ilustrasi perubahan iklim (foto: UPI)

Jurnas.com - Penelitian yang dilakukan para peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Maryland menyebutkan, pasien penyakit kanker rentan terhadap gelombang panas yang diberikan oleh perubahan iklim dengan frekuensi yang semakin meningkat. Bahkan bisa menyebabkan kematian.

Dilansir UPI, hari-hari yang sangat panas dapat meningkatkan risiko pasien penyakit ginjal lanjut rawat inap dan kematian, serta perubahan iklim berarti mereka akan menghadapi hari-hari yang lebih seperti itu.

"Perubahan iklim bukan hanya tentang skenario masa depan dan komunitas yang jauh. Ini ada di sini dan sekarang, dan itu berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat kita dalam lebih banyak cara daripada yang kita sadari," kata rekan penulis studi Amir Sapkota.

Dalam studi tersebut, para peneliti membandingkan catatan lebih dari 7.000 pasien di klinik penyakit ginjal di Boston, New York City dan Philadelphia, dengan peristiwa panas ekstrem di kota-kota tersebut dari 2001 hingga 2012.

Tingkat rawat inap dan kematian selama hari-hari terpanas secara konsisten lebih tinggi untuk pasien kulit hitam dan putih, tetapi temuan itu kurang jelas untuk pasien Hispanik dan Asia.

Para peneliti juga menemukan, pasien dengan kondisi kesehatan lain seperti gagal jantung kongestif, penyakit paru obstruktif kronik dan diabetes juga menghadapi peningkatan risiko pada hari-hari terpanas.

Alasan peningkatan risiko ini tidak jelas, tetapi para peneliti mencatat bahwa salah satu respons tubuh terhadap panas menurunkan tekanan darah yang dapat menjadi masalah bagi pasien penyakit ginjal lanjut.

"Cuaca panas dapat menimbulkan tantangan lain juga bagi pasien yang harus benar-benar mengelola asupan cairan," kata penulis studi pertama Richard Remigio, seorang mahasiswa doktoral tahun ketiga di Maryland.

"Jika hari ini panas, kita bisa memuaskan dahaga kita, tetapi sayangnya mereka tidak memiliki kemewahan itu," katanya.

"Kita perlu meningkatkan kemampuan kita untuk mengatasi peningkatan dalam peristiwa panas ekstrem ini. Ini adalah kenari kita di tambang batubara," tambahnya.

Temuan ini dipublikasikan secara online 9 Agustus di JAMA Network Open.

Menurut Sapkota, "Perubahan iklim yang sedang berlangsung meningkatkan frekuensi peristiwa panas ekstrem. Hasil kami menunjukkan bahwa peristiwa ini sangat berbahaya bagi individu yang paling rentan di komunitas kami."

Strategi adaptasi khusus komunitas diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, para peneliti menyimpulkan.

KEYWORD :

Perubahan Iklim Penyakit Ginjal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :