Jum'at, 13/12/2024 05:55 WIB

Hindari Perang, AS Harus Renegosiasi Sanksi terhadap Iran

Tensi meningkat setelah dua kapal tanker Inggris dan awaknya diambil alih kendali Iran. Inggris meminta Iran segera membebaskan. 

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Presiden Iran, Hasan Rouhani

Jakarta, Jurnas.com - Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan peralatan persenjataan dan ratusan tentara ke Pangkalan Udara Pangeran Sultan di Arab Saudi dan bersiap menghadapi Iran di Selat Hormuz.

Hal ini merupakan kali pertama bagi AS menempatkan kembali pasukan di Saudi sejak lebih dari 15 tahun yang lalu.

Tensi meningkat setelah dua kapal tanker Inggris dan awaknya diambil alih kendali Iran. Inggris meminta Iran segera membebaskan.

Menurut Arya Sandhiyudha, pengamat politik internasional, apa yang dilakukan Iran adalah retaliation karena marinir kerajaan Inggris membantu menangkap sebuah kapal tanker Iran di perairan Gibraltar atas alasan membawa minyak ke Suriah.

"Aksi Iran bentuk tekanan kepada Eropa agar mendesak sanksi AS dicabut. Iran mau paksa Eropa ikut menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)," kata Arya.

Iran hanya mau berunding kalau Washington mencabut sanksi terhadap Teheran. Bagaimanapun, sanksi AS sangat mempengaruhi aktivitas perdagangan antara Iran dengan negara lain.

Menurut Arya, Indonesia dapat turut berperan dalam berkomunikasi dan berdiplomasi dengan semua pihak. Sebab eskalasi ini berisiko konflik yang berdampak luas, karenanya semua pihak harus menunjukkan menahan diri.

"Apa yang dianggap sebagai pemicu konfrontasi harus diredakan. Renegosiasi sangat penting untuk menghindari ancaman perang di Teluk, kawasan, bahkan dunia," ujar Arya.

KEYWORD :

Sanksi AS Iran Pengamat Internasional




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :