Jum'at, 19/04/2024 20:21 WIB

Tersangka KPK, Dirut PLN Sofyan Basir di Perancis

Setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus suap PLTU Riau-1, Dirut PLN Sofyan Basir diketahui sedang berada di Perancis dalam rangka menjalankan dinas atau tugas kerja.

Dirut PLN, Sofyan Basir

Jakarta - Setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus suap PLTU Riau-1, Dirut PLN Sofyan Basir diketahui sedang berada di Perancis dalam rangka menjalankan dinas atau tugas kerja.

"Saat ini sedang berada di Perancis dalam rangka tugas atau pekerjaan, untuk pulangnya saya belum dapat info," kata Kuasa Hukum Sofyan Basir, Soesilo Ariwibowo, melalui pesan singkatnya, Rabu (24/4).

Menanggapi keberadaan Sofyan, Juru Bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan, penyidik KPK tidak mempersoalkan. Ia berharap, tersangka dan sejumlah saksi bersikap kooperatif.

"Apakah berada di Jakarta, berada di luar kota atau berada di luar negeri misalnya untuk melaksanakan tugas silakan saja. Kami harapkan para tersangka atau saksi yang datang ini yang dipanggil itu bisa datang memenuhi panggilan penyidik dan bicara secara benar," kata Febri.

Febri menegaskan, jika ada upaya pihak-pihak tertentu untuk menghalangi penyidikan atau penanganan kasus korupsi, KPK memiliki prosedur hukum pidana yang diatur di pasal 21 "obstruction of justice".

"Pihak PLN ataupun BUMN juga sudah menyampaikan akan koperatif. Jadi nanti jika dibutuhkan dalam penyidikan maka akan dipanggil. Waktunya kapan, itu bergantung jadwal dari penyidik," tegasnya.

Diketahui, penyidik telah menjadwalkan pemeriksaan terhadap satu orang saksi untuk Sofyan Basir, yakni Tahta Maharaya, tenaga Ahli DPR, Rabu (24/4). Tahta merupakan Keponakan mantan Wakil Ketua Komisi VII Eni Maulani Saragih yang juga terpidana kasus korupsi PLTU Riau 1.

Dalam persidangan, Tahta mengaku pernah diperintah Eni membawa uang Rp 7,63 miliar ke Temanggung. Ia pun mengambil uang satu tas dari Samin Tan, pengusaha yang juga tersangka dalam kasus korupsi terminasi PT AKT.

Uang tersebut diduga digunakan digunakan untuk Muhammad Al Khadziq, suami Eni untuk membayar saksi di setiap TPS di Kabupaten Temanggung dan untuk biaya operasional relawan dan tim sukses di Temanggung. Sebagain informasi, Khadziq maju dalam Pilkada Temanggung dan terpilih sebagai bupati.

Dalam kasus ini, Sofyan diduga menerima janji dengan mendapatkan bagian yang sama besar dari  jatah Wakil Ketua Komisi VII Eni Maulani Saragih dan Mantan Sekertaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham.

Bukti-bukti keterlibatan Sofyan dalam kasus ini dikumpulkan penyidik dari proses penyidikan hingga persidangan tiga tersangka sebelumnya yakni Eni, Idrus dan bos Blackgold Natural Recourses Limited Johannes Budisutrisno Kotjo.

Sofyan diduga bersama-sama atau membantu Eni Maulani Saragih selaku Anggota DPR-Rl dan kawan-kawan menerima hadiah atau janji dari Johannes Budisutrisno Kotjo terkait kesepakatan kontrak kerja sama Pembangunan PLTU Riau-1.

Sofyan disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagalmana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan deak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau Pasal 56 ayat (2) KUHP Juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Penetapan tersangka Sofyan merupakan pengembangan dari penyidikan tiga tersangka sebelumnya yakni Eni, Johannes dan Idrus Marham. Ketiganya telah divonis, Eni dihukum enam tahun penjara, Kotjo 4,5 tahun pidana penjara dan Idrus Marham 3 tahun pidana penjara.

KEYWORD :

Suap PLTU Riau Dirut PLN Sofyan Basir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :