Jum'at, 26/04/2024 19:56 WIB

Keberadaan Orangutan di Batang Toru Aman dan Terlindungi

Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru tidak menganggu habitat orangutan di Tapanuli. Benarkah ada peneliti asing dalam aksi penolakan PLTA di lokasi?

Pembicara dalam diskusi masa depan orang hutan. (Foto : Jurnas/Ginting).

Jakarta, Jurnas.com- Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru dinilai tidak mengganggu habitat orangutan Tapanuli. Sementara penolakan PLTA melalui isu orangutan diakui oleh peneliti Indonesia telah melibatkan pihak asing.

“Memang berdasarkan penelitian di bidang genetik, bukan hanya saya tapi juga tim besar dari beberapa negara. Kita bergabung dari Indonesia, mencoba untuk memetakan awalnya bagaimana sihgenetika si orangutan Sumatera itu,” kata Puji Rianti, peneliti genetika dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam sebuah acara diskusi yang digelar di Jakarta, Kamis (4/4).

Terhadap keterlibatan peneliti asing, Puji memang tidak menjelaskannya secara detail. Namun, hasil penelusuran wartawan diketahui bahwa spesies orangutan Tapanuli dari hutan Batang Toru ini diteliti oleh peneliti asal Amsterdam, Belanda, Gabriella Fredriksson. Wanita yang akrab disapa Gaby itu menjadi koordinator Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) yang berasal dari organisasi PanEco dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL).

Dalam sesi tanya jawab, salah satu panelis sempat menyinggung sosok Gaby dalam penelitian orangutan Tapanuli. Saulian, mantan pegawai Bappeda Tapanuli Selatan, mengaku sejak 2007 sudah melakukan diskusi intensif dengan Gaby dari YEL.  

“Hasil akhir yang (jadi) puncaknya, barangkali pada 2012. Saat itu kami (sempat) usulkanlah kawasan ini (Batang Toru) (berubah) dari hutan produksi menjadi hutan lindung,” ujarnya.

Terlepas dari polemik keterlibatan peneliti asing dalam penolakan PLTA ini, Puji mengatakan bahwa orangutan dari Batang Toru ini merupakan hewan yang hanya ada di Indonesia saja. “Ini berbeda dengan yang ada di Kalimantan karena di sana masih share dengan Malaysia,” ujarnya.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, menegaskan bahwa keberadaan orangutan di Batang Toru ini tetap aman dari aktivitas pembangunan PLTA yang ada di wilayah Tapanuli Selatan tersebut. “Mereka (orangutan) berinteraksi dengan masyarakat di Tapanuli Selatan. Mereka semua berhubungan dengan orangutan secara baik,” jelasnya.

Penegasan Wiratno ini sekaligus juga menampik tudingan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dimotori oleh Walhi bahwa pembangunan PLTA itu telah mengancam kehidupan orangutan akibat fragmentasi hutan. “Data-data lapangan memang belum kita ekspos tapi itu sudah lengkap. Kita masih terus melakukan monitoringnya sampai sekarang,” katanya.

KEYWORD :

Orangutan Wiratno Puji Rianti




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :