Rabu, 24/04/2024 13:02 WIB

Prinsip `Catur Brata` Hari Raya Nyepi

Catur Brata dalam Hari Raya Nyepi memiliki prinsip ketuhanan yang berkebudayaan dalam agama Hindu

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto

Jakarta, jurnas.com - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengingatkan tentang prinsip Catur Brata dalam peringatan Hari Raya Nyepi.

Kata Hasto, Nyepi mengandung pengertian harfiah sunyi, senyap, suatu proses spiritual menghentikan seluruh aktivitas kehidupan melalui Catur Brata.

Catur Brata itu adalah amati geni (tidak menyalakan lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).

"Kesemuanya adalah proses menyucikan seluruh kehidupan alam raya. Maka Nyepi itu penuh dengan penghormatan amerta air kehidupan," jelas Hasto.

Kata Hasto, Nyepi terasa begitu relevan di tengah situasi politik nasional yang masih diwarnai fitnah, atau yang terakhir kegiatan peretasan untuk memopulerkan calon tertentu, dan dilakukan di Puskesmas.

"Peretasan yang memopulerkan Paslon Prabowo-Sandi tersebut sangat tidak manusiawi,menganggu proses pelayanan kesehatan rakyat yang sedang sakit, dan menganggu rangkaian Nyepi yang seharusnya diisi dengan hal-hal penuh kebaikan," jelasnya.

Bagi PDI Perjuangan, lanjut Hasto, perayaan hari Nyepi merupakan cermin bagaimana negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Nyepi, lanjut Hasto, adalah gambaran nyata pembumian sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dijalankan dengan cara yang berkebudayaan, penuh toleransi, dan tiadanya egoisme dalam kehidupan beragama.

"Dengan peringatan Nyepi tersebut, maka bangsa Indonesia terus memerkuat kehidupan spiritualnya, agar melahirkan kebahagiaan sejati, kebahagiaan lahir dan batin dalam kehidupan berbangsa yang begitu majemuk," tuntas Hasto Kristiyanto,
Sekjen PDI Perjuangan.

KEYWORD :

Nyepi Catur Brata Hasto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :