Sabtu, 20/04/2024 07:34 WIB

Megawati Kenang Kebersamaan dengan Menteri Kabinet Gotong Royong dan Istri

Megawati Soekarnoputri bercerita tentang kabinet gotong royong yang dulu ia pimpin. Kisah itu bersamaan dengan peluncuran buku The Grave Lady dalam peringatan HUT ke-72 Megawati di hotel Sahid, Jakarta. Banyak tokoh hadir dalam kesempatan itu.

HUT ke-72 Megawati

Jakarta - Launching buku "The Brave Lady -- Megawati dalam Catatan Kabinet Gotong Royong" di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (23/1), menjadi ajang nostalgia Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Peluncuran buku ini merupakan rangkaian peringatan HUT ke-72 Megawati yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan. Tiga mantan wakil presiden: Try Sutrisno, Hamzah Haz dan Boediono, hadir dalam launching buku bersampul warna putih ini.

Sejumlah menteri di Kabinet Gotong Royong juga hadir. Antara lain Hatta Rajasa, Purnomo Yusgiantoro, Boediono, Rokhmin Dahuri, Faisal Tamin, Hasan Wirajuda, Yusril Ihza Mahendra, Kwik Kian Kian Gie, Malik Fajar dan lainnya.

Hadir pula mantan Kapolri Dai Bachtiar. Tak ketinggalan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Kerja seperti Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Kepala BIN Budi Gunawan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Seskab Pramono Anung, serta Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Mega bercerita saat menutup rapat terakhir Kabinet Gotong Royong, para istri menteri ingin menemuinya. Mega memberikan waktu bertemu. Lantas, para istri menteri itu menyatakan tidak ingin berpisah dari Mega, meskipun tak lagi menjabat presiden.

"Mereka menyuarakan suara hati bahwa jangan berpisah. Saya tanya memang mau ke mana? Ternyata maksudnya pisah berkumpul," kata Mega yang mengenakan baju putih itu.

Mega dan para istri menteri itu kemudian membuat sebuah perkumpulan arisan yang dinamakan Paguyuban Nusantara. Jadi, kata Mega, sudah sekitar 15 tahun berlalu, mereka tetap rutin bertemu dua bulan sekali.

Nah, Mega mengaku kadang-kadang keluar juga gaya bossy-nya. Ketika arisan, para suami yang tak lain adalah menteri Kabinet Gotong Royong mengerumuninya.

"Saya bilang, rapat kabinet dimulai," kata Mega bercanda yang disambut tepuk tangan dan tawa hadirin.

Sekarang yang menjadi ketua Paguyuban Nusantara adalah istrinya Purnomo Yusgiantoro. Menurut Mega, kadang-kadang ketua paguyuban bercerita betapa sulitnya mengumpulkan peserta arisan.

"Saya bilang pokoknya tetap dua bulan sekali. Tidak bisa tiga bulan. Kasihan nanti yang menunggu dapat arisan. Itulah keakraban kami," ucap putri Proklamator RI Bung Karno.

Mega kemudian bercerita ketika pertama kali menjabat wapres, mendamping Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Saat itu, Megawati tengah mencari sosok yang tepat untuk menjadi sekretaris wapres. "Saya ingat Bambang Kesowo," kata Mega.

Namun, Bambang tidak hadir dalam launching buku itu. Nah, Mega pun menceritakan bagaimana bisa Bambang Kesowo dipilihnya menjadi sekretaris Wapres RI kala itu. Mega meminta masukan dari Moerdiono. Nah, Moerdiono inilah yang kemudian merekomendasikan nama Bambang Kesowo.

"Pak Moer bilang orangnya gayanya hampir ke tingkat eksentrik. Loh, kok eksentrik diberikan ke saya. Tapi, Pak Moer bilang, lihat dulu, kenalan, bicara, kalau cocok jalan," katanya.

Suatu hari, Bambang yang baru pulang dari luar negeri menghadap Mega di kediaman wapres. Bambang datang mengenakan setelan jas lengkap. Mega mengatakan, Bambang kala itu terkenal sering membawa buku catatan dan pulpen.

"Dia datang lalu duduk kakinya disilang, bukunya disimpan di atas pahanya. Pakai pulpen tek tok tek tok itu. Saya bilang tengil juga nih orang," katanya.

Dalam pertemuan itu Mega mengajak Bambang menjadi seswapres. Namun, Mega tidak membutuhkan jawaban hari itu juga. Melainkan tiga hari. Kalau mau, langsung datang ke kantor, tanpa harus melapor.

Benar saja, Bambang pun kemudian datang ke kantor wapres. Dia menghampiri Mega yang baru turun dari mobil. "Saya bilang, kena deh kamu," canda Mega.

Nah, Mega membutuhkan Bambang untuk memperbaiki keadaan di kantor wapres. Kala itu, kata Mega, kondisinya tidak terlalu bagus. Sembari berjalan, Bambang dan Mega terlibat percakapan.

"Kalau saya panggil mas, itu berarti urusan pribadi. Kalau misalnya saya panggil ses berarti urusan republik," ucap Mega menirukan dialognya dengan Bambang saat itu.

Lantas Bambang membuat surat yang ditujukan kepada Presiden Gus Dur kala itu. Mega pun kagum dengan surat yang dibuat Bambang.

"Saya teken. Saya bilang keren juga ini orang," ungkapnya.

Lantas, hari terus berjalan. Mega naik menjadi presiden. Dia pun menawarkan Bambang untuk ikut lagi bersamanya sebagai mensesneg dan menseskab.

Dalam kesempatan launching itu, Mega juga bercerita tentang menteri lainnya. Salah satunya mantan Menkumham Yusril Ihza Mahendra.

"Saya panggil Yusril ini dek. Saya bilang kamu ketua umum PBB, dek jangan bawa urusan partai ke saya. Saya urusan tata negara sama kamu," katanya.

Tidak hanya Yusril. Mantan Menkeu Boediono juga dibacain Mega. Dia bilang, banyak menteri-menteri mengadu kepadanya soal Boediono kala itu.

"Bu, Pak Boed susah banget. Ya memang saya bilang menteri keuangan harus pelit. Dalam rapat kabinet saya katakan tidak boleh ada menteri saya bilang republik tidak ada uang. Kan Pak Boed tertolong oleh saya," kata Mega tersenyum sembari melirik Boed yang duduk di samping Purnomo Yusgiantoro.

Selain Yusril dan Boediono, Mega juga mengenang permintaannya kepada Menteri Pendidikan Malik Fajar kala itu. "Saya bilang kalau bisa IP (indeks prestasi) naikkan menjadi lima," ungkap Mega.

KEYWORD :

HUT ke-72 Megawati Boediono




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :