Jum'at, 11/10/2024 07:17 WIB

Standar Kualitas Publikasi Dinaikkan Bertahap

Nasir mengakui saat ini publikasi internasional Indonesia secara kualitas masih rendah, dibuktikan dengan banyaknya publikasi masuk di kategori Q3 dan Q4 dalam perangkingan internasional.

Ilustrasi Jurnal (foto: Google)

Jakarta – Standar publikasi internasional bagi peneliti dan akademisi Indonesia akan ditingkatkan secara bertahap. Hal ini dilakukan agar publikasi internasional tak semata hanya mengejar jumlah, namun juga kualitas.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, pada Rabu (21/11) malam. Dia mengakui, saat ini publikasi internasional Indonesia secara kualitas masih rendah, dibuktikan dengan banyaknya publikasi masuk di kategori Q3 dan Q4 dalam perangkingan internasional.

“Sekarang Q3 atau Q4 sudah oke. Yang penting masuk dulu, meskipun sekarang Q1 dan Q2 sudah ada. Ke depan akan didorong yang Q3 dan Q4 jadi Q1 dan Q2,” ujar Menristekdikti kepada awak media.

Untuk rencana kenaikan standar ini, lanjut Nasir, pihaknya akan mewanti-wanti para akademisi, bahwa nantinya publikasi internasional yang hanya masuk kategori Q4, tidak bisa dijadikan acuan untuk kenaikan jabatan guru besar.

“Memang belum. Tapi kalau nanti sudah di atas Malaysia, baru kita berpikir ke arah sana,” jelasnya.

Hingga Rabu (21/11) sore, hasil perolehan publikasi internasional Indonesia sudah sebanyak 24.300. Sementara Malaysia di peringkat pertama mengoleksi 26.000 publikasi, dan Singapura satu tingkat di bawah Indonesia dengan 19.200 publikasi.

Kendati sejak 2015 publikasi internasional Indonesia menunjukkan tren positif, ternyata tak demikian halnya dengan teknologi tepat guna yang dihasilkan. Malah, sejak 2015 angkanya terus mengalami penyusutan dari 720 menjadi hanya 55 teknologi tepat guna.

Terkait hal ini, Nasir beralasan bahwa publikasi merupakan raw material untuk inovasi. Sehingga, dengan meningkatnya jumlah publikasi, diharapkan punya dampak siginifikan terhadap peningkatan inovasi.

“Tidak bisa dirasakan sekarang. Paling tidak tiga tahun baru terasa. Ini kan raw material,” tandasnya.

KEYWORD :

Publikasi Internasional Mohamad Nasir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :