Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Ali Ghufron (paling kanan) menyebut potensi publikasi Indonesia masih tinggi
Jakarta – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menilai publikasi internasional Indonesia seharusnya berada di peringkat nomor satu di Asia Tenggara (Asean).
Pasalnya, secara matematis Indonesia memiliki potensi publikasi yang melimpah bila melihat jumlah guru besar dan lektor kepala di perguruan tinggi.
“Kita punya guru besar 5.811, dan lektor kepada sudah 34.000-an. Berarti kita punya potensi 37.800. Ada juga lektor ke bawah, yang menjadi dosen itu 267 ribu. Ini yang harus didorong,” kata Menristekdikti dalam acara `Anugerah Diktendik Beprestasi` pada Senin (29/10) malam.
Kepada awak media, Nasir menjelaskan, saat ini jumlah publikasi internasional Indonesia masih berada di bawah Malaysia. Indonesia mengumpulkan 22 ribu publikasi, sementara Malaysia sudah memiliki 24 ribu publikasi.
Capaian itu, menurut Nasir, akan terus didorong guna mendongkrak jumlah publikasi, mengingat ada potensi yang belum tergali secara maksimal.
“Tadi juga disebutkan kita punya lektor ke bawah jumlahnya 267 ribu,” terangnya.
Sementara Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti menambahkan, potensi publikasi tidak hanya datang dari guru besar dan lektor kepala.
Mahasiswa yang saat ini sedang mengikuti program beasiswa PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul) juga diketahui aktif mengirimkan publikasi yang terindeks oleh jurnal bereputasi.
Sebagai contohnya, angkatan pertama PMDSU dengan jumlah 56 mahasiswa, berhasil menulis 115 publikasi di jurnal bereputasi. Sementara angkatan kedua sebanyak 115 mahasiswa, tercatat menulis 146 publikasi.
“Malah angkatan ketiga yang baru satu tahun kuliah, ada yang sudah menghasilkan delapan jurnal,” ujar Ghufron.
KEYWORD :Pendidikan Tinggi Publikasi Internasional Kementerian Ristekdikti