Trump bersama militer angkatan laut Amerika Serikat
Jakarta - Pemerintah China dan Rusia bereaksi keras terhadap babak lain sanksi pemerintah Amerika Serikat. Bahkan kedua negara tersebut memperingatkan Trump untuk tidak bermain api.
Sebelumnya, Pemerintah AS mengumumkan sanksi terhadap puluhan individu dan badan Rusia, serta satu bagian militer Beijing. Departemen China diberi sanksi karena membeli jet tempur dan rudal dari Rusia, pelanggaran sanksi sebelumnya.
Jumat, pemerintah Rusia memperingatkan bahwa sanksi baru, babak ke-60 melawan Moskow sejak 2011 bisa menimbulkan masalah bagi Amerika Serikat.
Eks Winger Dukung Ronaldo Kembali ke MU
"Setiap putaran baru sanksi membuktikan ketidaksempurnaan total musuh kami dalam menekan Rusia dengan upaya-upaya sebelumnya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dikutip UPI.
"Itu tidak akan buruk jika mereka ingat tentang konsep stabilitas global, yang mereka tanpa berpikir meruntuhkan dengan mencambuk ketegangan dalam hubungan Rusia-AS," tambahnya.
"Bermain dengan api itu bodoh dan bisa menjadi berbahaya."
Sanksi itu berarti Departemen Pengembangan Peralatan China akan ditolak izin ekspor asing AS, dilarang membuat transaksi valuta asing dalam yurisdiksi AS dan dilarang menggunakan sistem keuangan AS.
Semua properti milik EDD yang berada dalam kendali AS akan diblokir. Li Shangfu, direktur EDD, juga diblokir dari mendapatkan visa AS.
Pejabat Cina menggemakan rekan-rekan mereka dari Rusia Jumat, dan menyebut sanksi itu "tidak masuk akal."
"AS telah secara serius melanggar norma-norma dasar hubungan internasional dan mengganggu hubungan antara China dan AS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Beijing, Geng Shuang.
"Kami sangat meminta AS untuk memperbaiki kesalahan dan membatalkan sanksi. Jika tidak, AS harus menanggung konsekuensinya," tambahnya.
Perselisihan baru antara Washington dan Beijing terjadi ketika negara-negara sudah terlibat dalam perang dagang yang meningkat. China bereaksi terhadap tarif AS baru minggu ini dengan penalti fiskal sendiri terhadap impor AS.
KEYWORD :Rusia China AS