Rabu, 09/10/2024 07:07 WIB

DPR Kini Bukan Lagi Taman Kanak-kanak

Mengkritik yang sehat pada prinsipnya tidak meyerang pada sisi yang personal. Jika dalam konteks mengkritik lembaga legislatif, maka yang dikritik menuju pada sasaran fungsi, tugas, dan wewenangnya.

Ketua DPR, Bambang Soesatyo

Jakarta - Mengkritik yang sehat pada prinsipnya tidak meyerang pada sisi yang personal. Jika dalam konteks mengkritik lembaga legislatif, maka yang dikritik menuju pada sasaran fungsi, tugas, dan wewenangnya.

Jika kritik berdasar pada fakta, objek yang diritik sudah selayaknya tersadar. Kritik yang dikemas lewat stand up comedy diharapkan kritik yang sehat dan menghibur, jadi tujuannya tidak hanya menyadarkan, tapi juga memberi hiburan.

Pada Lomba Stand up Comedy dengan tajuk “Kritik DPR” yang diselenggarakan di lobi Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (23/8/2018) memasuki babak penyisihan, dengan penampilan 50 peserta komika (peserta stand up comedy).

Dari penampilan ini, akan dinilai oleh dewan juri dan yang terpilih, sebanyak 10 finalis, akan memasuki babak final pada tanggal 29 Agustus mendatang, bertepatan HUT ke-73 DPR RI.

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menyampaikan, acara ini sepenuhnya diberikan kepada para panitia yang terdiri dari unsur civil society, dengan ketua Dewan Juri Effendi Gazali beserta Welnaldi atau lebih dikenal dengan nama Iwel Wel dan dibantu oleh beberapa rekannya.

Dalam kesempatan ini, Bamsoet, sapaan akrabnya, mengutip pernyataan Presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur.

“DPR ini seperti taman kanak-kanak, mudah-mudahan sekarang kita naik kelas, menjadi taman intelektual dan cendekiawan,” ujar Bamsoet, menirukan ucapan Gus Dur.

Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang yang bermain saksofon dengan sangan luwes. Dia membawakan lagu Fix You milik grup band Coldplay. Menurutnya, lagu ini mengandung makna perbaikan, lagu yang dia bawakan ini dimaksudkan dengan KPK datang untuk memperbaiki negeri ini.

Saut menuturkan, penyampaian kritik diperlukan untuk memperkuat  negara. Dia menyebut penyampaian kritik bisa dalam bentuk kreatifitas apapun.

“Negara-negara yang enggak mau dikritik, lama-lama pasti bisa bubar. Oleh sebab itu, tinggal gimana cara kita mengkritiknya seperti apa. Mau lewat stand up comedy, kalau saya selalu lewat lagu, lewat saksofon. Setiap saksofon yang saya mainkan itu punya nada, punya arti,” ujarnya.

Di sisi lain, Effendi Gazali menjelaskan, dalam penilaian stand up comedy akan memperhatikan keterkaitan materinya dengan tema yang diusung dan cara penyampaiannya. Menurutnya prinsip kritik adalah menunjukkan kesalahan.

Dia menyampaikan, DPR RI sebagai rumah rakyat, tentunya tidak ada larangan untuk ketawa, karena di lembaga legislatif ini banyak hal-hal yang lucu. Termasuk juga kritik dibutuhkan dalam lembaga negara.

"Pemerintahan tanpa kritik itu bahaya. Pemerintahan yang bertangan besi akan mematikan nyali, tapi pemerintahan yang selalu dikultuskan akan mematikan nalar,” katanya.

KEYWORD :

Warta DPR Ketua DPR Bambang Soesatyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :