Iran dan China
Jakarta - Pemerintah China menolak permintaan oleh Amerika Serikat (AS) untuk memangkas impor minyak Iran hingga nol. Meskipun ia tak keberatan meningkatkan pembelian minyak mentah Negeri Para Mullah.
Bloomberg, mengutip pejabat pemerintah AS yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan, Francis Fannon, asisten sekretaris negara AS untuk Biro Sumber Daya Energi, baru-baru ini di China untuk membahas sanksi.
Pada Mei, Donald Trump, kritikus lama dari kesepakatan yang menggantikan Barack Obama sebagai presiden tahun lalu, menarik diri dari pakta 2015 itu meskipun sudah dijamin pengawas PBB bahwa Iran mematuhi kewajibannya.
Washington juga memberlakukan lusian sanksi tambahan terhadap entitas dan individu Iran, serta perusahaan asing di Iran. Ia juga mengatakan akan menggunakan "tekanan ekonomi dan diplomatik maksimum" di negara-negara lain untuk berhenti membeli minyak mentah dari Iran.
Pada Juni, departemen luar negeri AS mengatakan bahwa negara-negara yang membeli minyak dari Iran harus menurunkan nol untuk impor minyak mentah Iran mereka pada saat Washington memberlakukan kembali sanksi pada 4 November.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
"Amerika mengatakan, mereka ingin mengurangi ekspor minyak Iran hingga nol. Ini menunjukkan mereka belum memikirkan konsekuensinya," kata Rouhani saat melakukan kunjungan resmi ke ibukota Austria, Wina, pada Juli.
Bulan sebelumnya, China, yang merupakan pelanggan terbesar Iran, mengatakan tidak menerima sanksi sepihak terhadap Iran.
"Sanksi sepihak harus ditinggalkan karena mereka kontraproduktif," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying kepada wartawan.
"China dan Iran dengan gigih mempertahankan hubungan perdagangan dan ekonomi yang normal. China akan terus bekerja sama dengan Iran yang mematuhi kewajiban internasionalnya," tambahnya.
Pada Juli, Beijing menaikkan impor minyak bulanan dari Iran sebesar 26 persen. Ini menyumbang 35 persen dari ekspor Iran bulan lalu, menurut data pelacakan kapal yang dikumpulkan oleh Bloomberg. (Reuters)
KEYWORD :Amerika Serikat China Iran minyak