Minggu, 12/05/2024 02:23 WIB

Importir Terbesar Minyak Iran "Cuek" Soal Sanksi AS

Jauh sebelumnya Negeri Paman Sam itu sudah mencoba menekan negara-negara Asia dan Afrika untuk mengurangi hingga nol impor minyak mentah dari Iran.

Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (Foto: Getty Images)

Beijing - Terlepas dari ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menjatuhkan sanksi kepada negara yang mengimpor minyak Negeri Para Mullah itu, China sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda ingin menuruti kemauan pria 72 tahun itu.

Begitu kata Direktur JTD Energy Services, John Driscoll pada Selasa lalu. Ia mengatakan, Tiongkok sama sekali tidak terganggu dengan pernyataan dan ancaman pasangan Melania itu.

Dilansir  dari IRNA, Driscoll meyakini, Tiongkok dan India, dua importir utama minyak Iran sama sekali tidak menghiraukan ancaman sanksi minyak Gedung Putih.

Jauh sebelumnya Negeri Paman Sam itu sudah mencoba menekan negara-negara Asia dan Afrika untuk mengurangi hingga nol impor minyak mentah dari Iran.

Namun sejauh ini, beberapa negara termasuk India, Jepang dan Turki masih menolak tekanan itu. Disamping itu, para pejabat AS belum bertemu dengan China dan India sebagai dua importir utama minyak Iran.

Meskipun China, India, Korea Selatan dan Jepang adalah target utama AS, kepentingan nasional tentu yang pertama negara-negara itu akan mempertimbangka, kata direktur JTD.

Ia menambahkan Seoul dan Tokyo berada di bawah tekanan yang lebih kuat karena keduanya tawar-menawar tentang dispensasi.

"Tapi, situasi di Beijing dan New Delhi berbeda karena mereka tidak mau berpikir serius tentang ancaman AS," tambah pakar energi itu.

"Pertanyaannya adalah bahwa China dan India akan melanjutkan impor minyak dari Iran karena keduanya adalah mitra utama dan pembeli minyak Iran," tegasnya.

Setelah Washington keluar dari pakta 2015 pada 8 Mei, AS memberikan 90 hingga 180 hari kepada Negera Biru untuk merombak kesepakan itu, sebelum memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran pada 4 Agustus dan November.

Sebagai tanggapan terhadap sanksi AS, Wakil Presiden pertama Iran Eshaq Jahangiri mengumumkan pada 1 Juli, pemerintah Iran akan menawarkan minyak negara itu melalui bursa saham nasional karena AS menargetkan sektor minyak Iran untuk membatasi ekspor negara.

KEYWORD :

Iran Amerika Serikat China India minyak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :