Selasa, 08/10/2024 12:53 WIB

Studi PKJS-UI: Konsumsi Rokok Akibatkan Anak Stunting

Perilaku merokok pada orangtua diperkirakan berpengaruh pada anak stunting dengan dua cara.

Perilaku merokok pada orangtua diperkirakan berpengaruh pada anak stunting dengan dua cara (Foto: Ilustrasi)

Jakarta - Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) hari ini, Senin (25/6) meluncurkan hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa konsumsi rokok pada orang tua mengakibatkan anak stunting.

Kejadian yang paling banyak ditemui di keluarga miskin ini merupakan temuan yang mengejutkan dan penting untuk segera ditindaklanjuti.

Perilaku merokok pada orangtua diperkirakan berpengaruh pada anak stunting dengan dua cara. Pertama, melalui asap rokok orang tua perokok yang memberi efek langsung pada tumbuh kembang anak.

Seperti yang disebutkan oleh Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak, yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya.

Pengaruh perilaku merokok yang kedua, dilihat dari sisi biaya belanja rokok, membuat orang tua mengurangi “jatah” biaya belanja makanan bergizi, biaya kesehatan, pendidikan dan seterusnya.

Tim PKJS-UI telah melaksanakan studi yang membuktikan efek konsumsi rokok terhadap kemiskinan dan kejadian stunting di Indonesia.

Penelitian yang menggunakan dataset longitudinal (1997-2014) dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) ini membuktikan bahwa perilaku merokok telah berdampak pada kondisi stunting anak-anak mereka yang ditunjukkan pada tinggi dan berat badan.

Dalam penelitian ini diperlihatkan, konsumsi rokok sekitar 3,6% pada 1997 telah melonjak 5,6% pada 2014, sedangkan konsumsi lainnya menurun secara signifikan selama 1997-2014.

Artinya, peningkatan konsumsi rokok sekitar dua persen telah digantikan oleh penurunan pengeluaran beras, protein, dan sumber lemak, serta pendidikan.

Pengeluaran rumah tangga untuk daging dan ikan menurun sekitar 2,3 persen selama 1997-2014.  Padahal, seperti yang ditunjukkan dalam banyak penelitian, jenis pengeluaran ini akan sangat mempengaruhi perkembangan masa depan anak-anak dalam hal berat badan, tinggi badan, dan kemampuan kognitif.

Seperti yang ditunjukkan oleh survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), sampai saat ini konsumsi rokok pada keluarga miskin masih sangat tinggi di Indonesia.

Menurut Kasubdit Kerawanan Sosial BPS, Ahmad Avenzora, dilihat dari catatan statistik barang konsumsi di Indonesia, “Belanja makanan bergizi di bawah belanja rokok.”

Ini artinya, jika belanja rokok dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali, kesempatan keluarga miskin untuk belanja makanan bergizi akan jadi lebih besar, dan inilah syarat utama menghindari stunting.

Dari sini terlihat tarik menarik yang kuat antara konsumsi rokok, kejadian stunting, dan kemiskinan.

KEYWORD :

Stunting Anak Rokok PKJS UI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :