
Wakil Ketua MPR Abdul Muhaimin Iskandar mengisi kuliah umum di Universitas Kristen Indonesia (UKI)
Jakarta – Memasuki 20 tahun Reformasi Mei 1998, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Abdul Muhaimin Iskandar menilai, Indonesia masih punya banyak pekerjaan rumah (PR) yang belum terselesaikan.
Antara lain soal demokrasi, hak asasi manusia (HAM), kedaulatan rakyat, hingga transparansi yang notabene merupakan cita-cita reformasi.
“Masih juga ada masalah soal law enforcement, kesamaan di depan hukum, orang kecil masih belum dapat keadilan nyata. Kemudian juga soal kemanusiaan masih harus berbenah,” ujar Muhaimin alias Cak Imin, usai mengisi kuliah umum di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, pada Senin (21/5).
Selain itu, lanjut Cak Imin, Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan radikalisme dan terorisme, yang mencoba menggembosi NKRI. Ideologi khilafah yang bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika, menurutnya, memanfaatkan keberagaman yang terkandung di tubuh bangsa Indonesia.
Dengan demikian, satu-satunya cara yakni dengan menguatkan kembali semangat nasionalisme. Juga, generasi milenial harus diakrabkan lagi dengan sejarah dan cita-cita pendiri bangsa.
“Ideologi transnasional itu memupuk dan memanfaatkan kebhinekaan dari energi pertentangan. Agar tujuan mereka tercapai, sehingga ada istilah kafir dan muslim supaya saling memusuhi,” jelas Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Bersamaan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Cak Imin sekaligus mengajak bangsa Indonesia meningkatkan daya saing. Sehingga Indonesia mampu berbicara banyak di panggung internasional.
“Hari Kebangkitan Nasional harus semangat untuk menjadi negara yang maju dan terus punya daya saing dibanding negara-negara lain,” ujar Cak Imin.
KEYWORD :Warta MPR