Sabtu, 27/04/2024 06:20 WIB

40 Persen Surat Berharga Negara Dikuasai Investor Asing

Surat berharga negara memicu volatilitas nilai tukar dan rawan capital flight

Ekonom senior Faisal Basri

Jakarta - Ekonom senior Faisal Basri mengingatkan pemerintah untuk tidak terlena menambah utang luar negeri,  karena bisa membawa kondisi yang berbahaya bagi perekonomian nasional. Saat ini sekitar 40 persen surat berharga negara (SBN) dikuasai oleh investor asing dengan nilai sekitar Rp856 triliun.

“Utang jenis itu aman kalau tidak ada gejolak, tapi sekarang kondisi dunia sedang begini (tidak stabil). Amerika bersin saja kita terpengaruh,” ujar dia saat konferensi pers “Menggugat Produktivitas Utang Luar Negeri,” di Jakarta, Rabu.

Tren peningkatan kepemilikan investor asing dalam SBN, kata Faisal, juga memicu volatilitas nilai tukar rupiah. Saat perekonomian global mengalami tekanan, potensi arus modal keluar meningkat dan membuat rupiah semakin berfluktuasi.

Dia mengutip data dari Bank Indonesia (BI), hingga 2017, komposisi utang negara terdiri dari non-sekuritas 32,6 persen, sedangkan sekuritas mencapai 67 persen. Komposisi ini berbeda dengan 2010, saat itu komposisi utang sekuritis hanya 36,3 persen sedangkan non sekuritas mencapai 63,7 persen.

Faisal yang juga ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) ini mengatakan,  utang SBN ini mempunyai beberapa kelemahan. Antara lain suku bunganya tinggi dan jangka waktunya lebih pendek. Namun, keunggulannya adalah adanya kebebasan pemerintah untuk menggunakan sesuai kebutuhan dan ada stabilitas makroekonomi.

Menurut Faisal, utang ini berbeda dengan utang luar negeri, yang berbunga rendah dan jangka waktunya lebih panjang. Namun cenderung mengikat dan dikaitkan dengan proyek serta menambah instabilitas.

“Indonesia banyak utang dengan bunga tinggi, ini karena kepepet. Penerimaan pajak tidak tinggi,” ujar dia.

Jadi menurut Faisal, kondisi utang luar negeri sekarang tidak jauh berbeda dengan kondisi orde baru. Saat orde baru, Indonesia menyerahkan diri ke lembaga-lembaga donor dan sekarang, menyerahkan nasibnya pada pasar.

“Sama saja dijajahnya. Sekarang yang menjajah pasar dan pasar itu gonjang-ganjingnya tinggi,” ujar dia. (AA)

KEYWORD :

Utang Indonesia Investor Asing Indef




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :