
Pendiri Sosial media Facebook, Mark Zuckerberg (Foto: Aljazeerah)
Jakarta - Pendiri dan CEO Facebook Inc, Mark Zuckerberg meminta maaf atas ujaran kebencian yang disebarluaskan di Facebook pada akhir Yom Kippur, yaitu hari libur penebusan Yahudi pada Sabtu (29/9).
"Karena karya saya lebih banyak digunakan untuk mengkotak- kotakan daripada menyatukan, saya meminta maaf, dan saya akan berusaha lebih baik," kata Zuckerberg dalam sebuah postingan, dilansir Reuters, Senin (2/10)
Dalam postingan tersebut, Zuckerberg tidak mengacu pada isu-isu spesifik. Namun untuk diketahui Facebook dan perusahaan Alphabet Inc, Google dan Twitter lainnya berada di bawah investigasi Amerika Serikat terkait keterlibatan Rusia dalam kampanye pemilihan Presiden Amerika pada 2016.
Kurang Terkenal 15 Hari Lalu di Amerika, Cawapres Tim Walz Bertekad Menangkan Pilpres AS Bersama Harris
Media sosial yang digunakan seperempat populasi di dunia tersebut mengatakan pada 6 September, mereka menemukan, operasi yang berbasis di Rusia yang menghabiskan 100.000 dolar untuk ribuan iklan yang bertujuan mempromosikan pesan sosial dan politik memecah belah dalam periode dua tahun sampai Mei.
Jaringan media sosial yang lebih banyak digandrungi ini, mengatakan 3.000 iklan dan 470 akun "tidak fake" menyebarkan opini sensitif dari berbagai topik termasuk imigrasi, ras dan hak gay.
Usulan Harris Meningkatkan Tarif Pajak Bakal Mempengaruhi Saham Kebutuhan Pokok, hingga Tenaga Surya
Facebook meluncurkan perombakan tentang bagaimana menangani iklan politik berbayar, setelah anggota parlemen Amerika Serikat mengancam akan mengatur jaringan sosial terbesar di dunia atas iklan rahasia yang berjalan selama kampanye pemilihan.
Kukuhkan Pengangkatan Capres, Biden Puji Harris sebagai Harapan Terbaik Lestarikan Demokrasi AS
Mark Zuckerberg Facebook Pemilihan Amerika