
Ketum PPP, Romahurmuziy
Jakarta - Indonesia akan menghadapi sembilan megatrend atau proyeksi sembilan kecenderungan politik nasional sepanjang lima Pemilu ke depan. Dimana, demokrasi Indonesia di era reformasi diliputi suasana naik dan turun.
Hal itu sejalan penyempurnaan dan penataan lembaga negara, demokrasi Indonesia dibayangi destabilitas, seiring pendapatan per kapita nasional yang masih di bawah 4.000 dollar AS, angka empirik berdasarkan studi lintas negara yang merupakan batas stabilitas demokrasi.Demikian disampaikan Ketua Umum PPP, Romahurmuziy (Romi), di depan sidang Konsolidasi Keilmuan Pasca Sarjana yang digelar Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana, di Gedung Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Jumat (15/9).Baca juga :
PPP: Putusan MK Terobosan Demokrasi
Romi menjelaskan, sembilan megatrend politik nasional itu adalah, pertama, menguatnya konservatisme, yang ditandai dengan terpilihnya Donald Trump, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan aksi demo 212 yang berlanjut pada penghadap-hadapan pemerintah terhadap kepentingan umat Islam.
PPP: Putusan MK Terobosan Demokrasi
Baca juga :
Majelis PPP Desak Muktamar Digelar Tahun Ini
Ketiga, demokrasi prosedural yang semakin terkonsolidasi, ditandai makin berkurangnya jumlah parpol penghuni parlemen hasil pemilu dari 20 parpol (1999) menjadi 10 parpol (2014). Diferensiasi dan konsolidasi politik bisa terjadi masa mendatang.Menurutnya, bisa saja pengelompokannya semakin sosiologis, saya singkat 4M, Muslim yang terdiri atas PPP, PKB, PAN, PKS, PBB; Marhaen adalah PDIP; Modal yaitu PG, Nasdem, dan Hanura; serta Militer yang hari ini adalah PD, Gerindra, dan PKPI, jelas mantan Ketua Komisi Pertanian DPR ini.
Majelis PPP Desak Muktamar Digelar Tahun Ini
Pilpres 2019 Ketum PPP Romahurmuziy