
Ilustrasi Kerusakan Otak Akibat Alzheimer (Foto: Pexels/Anna Shvets)
Jakarta, Jurnas.com - Ilmuwan dari University of California, San Francisco (UCSF) dan Gladstone Institutes mengungkapkan temuan mengejutkan: dua obat kanker yang sudah lama digunakan — letrozole dan irinotecan — ternyata mampu membalikkan kerusakan otak akibat Alzheimer pada tikus.
Penemuan ini memberi harapan baru dalam pencarian terapi efektif untuk Alzheimer, penyakit neurodegeneratif yang hingga kini belum memiliki obat penyembuh. Menariknya, karena kedua obat ini sudah mendapat persetujuan FDA untuk indikasi kanker, langkah menuju uji klinis pada manusia bisa dilakukan jauh lebih cepat daripada pengembangan obat dari nol.
Mengapa Temuan Ini Penting?
Alzheimer memengaruhi lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia, dan jumlah ini diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat dalam 25 tahun ke depan. Penyakit ini merusak sel-sel otak secara bertahap, menyebabkan penurunan daya ingat, disorientasi, hingga hilangnya fungsi kognitif.
Tantangan utama dalam mengobati Alzheimer adalah kompleksitas perubahan genetik dan molekuler yang terjadi dalam otak penderita. Tapi tim peneliti memanfaatkan pendekatan komputasi mutakhir untuk menyaring ribuan data ekspresi genetik dan mengaitkannya dengan database obat global.
Dua Obat, Dua Jalur Kerja
Letrozole, yang biasa digunakan untuk mengobati kanker payudara, tampaknya menarget neuron yang rusak akibat Alzheimer. Sementara irinotecan, terapi untuk kanker usus besar dan paru, bekerja pada sel glia — komponen penting yang mendukung dan melindungi neuron.
“Kombinasi keduanya menunjukkan efek sinergis dalam memulihkan fungsi otak,” kata Dr. Yadong Huang, ahli saraf UCSF. Dalam uji coba pada tikus, hasilnya mencengangkan: penumpukan protein tau yang merusak berkurang drastis, dan kemampuan belajar serta ingatan tikus membaik secara signifikan.
Dari Komputer ke Laboratorium
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis perubahan ekspresi gen pada otak penderita Alzheimer. Tim lalu mencocokkannya dengan data obat dari Connectivity Map, sebuah database global yang menghubungkan perubahan genetik dengan respons obat. Ketika letrozole dan irinotecan muncul sebagai kandidat kuat, tim juga memeriksa catatan medis ribuan pasien kanker. Hasilnya? Mereka yang menggunakan dua obat ini memiliki risiko lebih rendah terkena Alzheimer.
“Inilah kekuatan pendekatan komputasional: kita bisa menyaring miliaran data dan menemukan pola yang tidak terlihat oleh mata manusia,” ujar Dr. Marina Sirota, ahli biologi komputasi UCSF.
Apa Selanjutnya?
Meski hasil pada hewan sangat menjanjikan, para peneliti mengingatkan bahwa uji coba pada manusia adalah langkah krusial berikutnya. Selain efektivitas, aspek keamanan dan efek samping dari penggunaan jangka panjang harus dikaji ulang, terutama karena kedua obat tersebut awalnya dirancang untuk melawan kanker.
Namun jika pendekatan ini terbukti berhasil pada manusia, artinya kita bisa membuka era baru pengobatan Alzheimer yang personal, berbasis data genetik tiap individu, dan memanfaatkan obat yang sudah ada — lebih cepat, lebih hemat, dan lebih efisien.
Harapan Nyata di Tengah Keterbatasan
Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Cell, dan mendapat perhatian luas di komunitas medis global.
“Jika berbagai sumber data independen mengarahkan kita ke jalur biologis dan obat yang sama — dan hasilnya konsisten — besar kemungkinan kita sedang berada di jalur yang tepat,” pungkas Sirota.
Dengan kombinasi inovasi digital dan pengetahuan farmakologi, harapan baru bagi jutaan penderita Alzheimer kini bukan lagi mimpi jauh di masa depan — melainkan kemungkinan yang semakin dekat untuk diwujudkan. (*)
Sumber: ScienceAlert
KEYWORD :Obat kenker Pemulihan Otak Alzheimer