
Ilustrasi uji coba atau tes nuklir (Foto VOA Indonesia)
Jakarta, Jurnas.com - Perang nuklir tak hanya mematikan lewat ledakan. Ia juga bisa memadamkan sinar matahari, menurunkan suhu global, dan membuat panen gagal total — sebuah skenario yang dikenal sebagai nuclear winter.
Dalam studi baru dari Penn State University, para ilmuwan mensimulasikan dampak musim dingin nuklir terhadap produksi jagung global, salah satu sumber pangan utama dunia. Hasilnya mengkhawatirkan: penurunan produksi bisa mencapai 80 persen, bahkan lebih jika faktor radiasi ultraviolet ikut diperhitungkan.
Jagung Jadi Indikator Kerapuhan Sistem Pangan
Tim peneliti mensimulasikan enam skenario perang nuklir, dari konflik regional hingga global, dengan jumlah jelaga di atmosfer antara 5 hingga 165 juta ton. Dalam skenario paling ringan, panen jagung turun 7 persen. Dalam skenario terburuk — ditambah paparan radiasi UV-B akibat rusaknya lapisan ozon — penurunan bisa mencapai 87 persen.
Jagung dipilih karena sensitivitasnya terhadap suhu dan cahaya, sekaligus mewakili nasib banyak tanaman pangan lain.
“Bahkan penurunan 7 persen pun cukup untuk mengguncang sistem pangan global,” ujar Yuning Shi, peneliti dari Penn State.
Kit Ketahanan Pangan, Solusi di Tengah Kegelapan
Meski ancamannya besar, tim peneliti juga mengusulkan solusi: “agricultural resilience kits” — paket benih tahan dingin dan cepat panen, yang bisa ditanam bahkan dalam kondisi ekstrem. Jika digunakan secara tepat, varietas ini bisa meningkatkan hasil panen hingga 10 persen meskipun dalam kondisi musim dingin nuklir.
Kit ini dirancang untuk disesuaikan dengan iklim dan kondisi lokal, agar komunitas tetap bisa bertani saat sistem pangan global lumpuh.
“Ketahanan pangan bukan soal teknologi saja, tapi juga soal kesiapsiagaan,” kata Armen Kemanian dari Penn State.
Peringatan untuk Dunia
Lebih dari sekadar skenario perang, studi ini menyoroti betapa rapuhnya sistem pangan kita. Dampak serupa juga bisa terjadi akibat bencana besar lain seperti letusan gunung api atau gangguan iklim ekstrem.
“Ini pengingat bahwa kita bergantung pada keseimbangan biosfer,” ujar Kemanian.
Studi ini tidak meramalkan masa depan, tapi memberi pelajaran penting: jika dunia ingin bertahan dari bencana global, kita harus siap sejak sekarang.
Studi lengkap tersedia di jurnal Environmental Research Letters. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Perang Nuklir Sistem Pangan Ketahanan Pangan