
Gambar tahu - Ilustrasi Hari Tahu Sedunia (Foto: RRI)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 26 Juli, dunia memperingati World Tofu Day atau Hari Tahu Sedunia—sebuah momen untuk menghormati makanan sederhana yang sarat nilai gizi, sejarah, dan makna budaya, yakni tahu. Produk olahan kedelai ini bukan sekadar alternatif daging bagi para vegetarian dan vegan, tapi juga simbol transformasi gaya hidup menuju pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Dikutip dari laman Nationaltoday, tahu bukan makanan baru. Jejak awalnya ditemukan di Jepang sekitar tahun 900 Masehi, meski kemungkinan besar berasal dari Tiongkok jauh sebelumnya. Di Asia Timur, tahu telah menjadi pilar utama dalam tradisi kuliner selama berabad-abad, sama pentingnya dengan susu dan keju dalam diet Barat.
Menariknya, istilah “tofu” baru dikenal dunia Barat pada abad ke-19 melalui terjemahan buku-buku masak. Namun baru pada 1970-an tahu mulai mendapat tempat sebagai “superfood” alternatif daging, seiring meningkatnya kesadaran akan pola makan nabati. Kini, tahu tak lagi eksklusif bagi kaum vegetarian—masuk ke restoran fusion, dapur rumahan, hingga lini produk plant-based dari perusahaan besar.
Tahu dibuat dari kedelai yang diproses menjadi susu kedelai, lalu dipadatkan mirip seperti proses pembuatan keju. Hasilnya: makanan berwarna putih pucat, bertekstur lembut atau padat, dan mampu menyerap cita rasa apa pun yang dimasak bersamanya.
Bagi para pelaku diet vegan atau vegetarian, tahu menjadi andalan karena kandungan proteinnya yang tinggi, rendah lemak, bebas kolesterol, serta mengandung zat besi, kalsium, dan magnesium. Bagi mereka yang bukan vegetarian? Tahu tetap jadi pilihan menarik—baik untuk eksplorasi rasa maupun sebagai langkah kecil menuju pola makan lebih sehat.
Uniknya, setiap provinsi di Jepang memiliki cara tersendiri dalam memproduksi dan menyajikan tahu. Ada tahu sutra yang halus seperti puding, tahu goreng renyah, tahu fermentasi yang beraroma kuat, hingga tahu manis dalam bentuk dessert. Di Indonesia sendiri, tahu telah lama melekat dalam budaya makan: dari tahu Sumedang yang gurih hingga tahu bulat yang digoreng mendadak.
Tahu adalah bahan yang fleksibel: bisa digoreng, dikukus, dipanggang, dijadikan tumisan, sup, bahkan dessert. Karena itulah, Hari Tahu Sedunia juga menjadi ajakan terbuka untuk bereksperimen di dapur—tak peduli apakah Anda seorang vegan garis keras, flexitarian, atau sekadar ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
7 Pemain Voli Tertinggi di Dunia
Peringatan Hari Tahu Sedunia bukan hanya soal makanan. Ini tentang perubahan—tentang bagaimana pilihan makan kita berdampak pada tubuh, lingkungan, dan masa depan pertanian pangan. Dengan semakin banyaknya orang yang beralih ke pola makan nabati, tahu bukan lagi sekadar alternatif, tapi bagian dari solusi global. (*)
KEYWORD :Hari Tahu Sedunia 26 Juli Olahan tahu