Sabtu, 26/07/2025 21:55 WIB

Hari Mangrove Sedunia 2025, Berlomba Menjaga Benteng Terakhir Laut

Setiap 26 Juli, dunia memperingati Hari Mangrove Sedunia atau International Day for the Conservation of the Mangrove Ecosystem. Peringatan ini ditetapkan oleh UNESCO sejak 2015 untuk meningkatkan kesadaran global terhadap pentingnya ekosistem mangrove.

Penanaman mangrove di pesisir pantai. (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap 26 Juli, dunia memperingati Hari Mangrove Sedunia atau International Day for the Conservation of the Mangrove Ecosystem. Peringatan ini ditetapkan oleh UNESCO sejak 2015 untuk meningkatkan kesadaran global terhadap pentingnya ekosistem mangrove.

Dikutip dari laman resmi Unesa, tahun ini, tema yang diusung adalah “Melindungi Lahan Basah untuk Masa Depan Kita”. Tema ini menjadi pengingat bahwa mangrove bukan sekadar hutan pantai, melainkan fondasi bagi masa depan bumi yang lebih tangguh terhadap krisis iklim.

Mangrove berperan sebagai penyangga alam yang melindungi garis pantai dari abrasi, badai, dan kenaikan air laut. Selain itu, ia juga menjadi rumah bagi ribuan spesies laut yang menopang kehidupan masyarakat pesisir.

Dikutip dari berbagai sumber, peran ekologis mangrove sangat luas, mulai dari habitat hingga penopang ketahanan pangan. Namun yang paling krusial adalah kemampuannya menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan kawasan mangrove terluas di dunia, menyimpan sekitar 3,14 miliar ton karbon dioksida dalam ekosistem ini. Jumlah tersebut empat kali lipat lebih besar dibanding simpanan karbon pada hutan daratan seluas sejuta hektar.

Meski kaya manfaat, mangrove terus menghadapi ancaman serius akibat alih fungsi lahan menjadi tambak, sawah, hingga pemukiman. Tekanan ini membuat dunia kehilangan sekitar dua persen mangrove global setiap dekade.

Dampaknya bukan hanya ekologis, tapi juga iklim—diperkirakan sekitar 200 juta ton karbon lepas ke atmosfer setiap dekade karena deforestasi mangrove. Situasi ini memperburuk krisis iklim yang kini tak lagi dapat ditunda penanganannya.

Di sisi lain, mangrove kini menjadi bagian penting dalam diplomasi lingkungan global. Kawasan mangrove masuk dalam jaringan Cagar Biosfer UNESCO dan menjadi titik fokus dalam skema pendanaan hijau internasional.

Karena itu, pelestarian mangrove tak bisa hanya bergantung pada kebijakan pemerintah atau kerja lembaga konservasi. Keterlibatan masyarakat sipil menjadi kunci, terutama dari generasi muda yang terus tumbuh sebagai motor perubahan.

Gerakan konservasi kini marak dilakukan di berbagai wilayah pesisir Indonesia melalui penanaman mangrove, patroli ekosistem, hingga kampanye digital. Namun aksi ini masih perlu diperluas dan diperkuat lewat regulasi yang berpihak pada keberlanjutan.

Perubahan iklim tak menunggu, dan mangrove berada di garis depan sebagai pertahanan alami terakhir kita. Hari Mangrove Sedunia bukanlah seremoni tahunan, melainkan momentum kolektif untuk mengubah kesadaran menjadi tindakan nyata.

Dengan menjaga mangrove, kita menjaga benteng terakhir bumi dari kerusakan lebih dalam. Melindungi lahan basah berarti melindungi masa depan—bagi manusia, alam, dan generasi yang akan datang. (*)

KEYWORD :

Hari Mangrove Sedunia 26 Juli Ekosistem mangrove




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :