
Ilustrasi - sound horeg (Foto: Kompasiana)
Jakarta, Jurnas.com - Pendengaran adalah salah satu indera yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kemampuan pendengaran terganggu, akan ada dampak besar terhadap komunikasi dan interaksi sosial kita.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan indera pendengaran sangat penting, salah satunya dengan mengatur intensitas suara yang diterima telinga kita.
Mungkin Anda pernah bertanya-tanya, berapa sih batas aman untuk mendengarkan suara agar pendengaran tetap terjaga? Terlebih lagi, saat ini banyak sekali pertunjukan dengan suara menggelegar, seperti sound horeg yang menjadi perbincangan.
Sound horeg dikabarkan menghasilkan suara dengan frekuensi lebih dari 135 desibel (dB), yang jauh lebih tinggi dibandingkan suara konser musik yang biasanya berkisar antara 110 hingga 120 dB. Sebagai perbandingan, suara pesawat jet yang terbang di dekat kita dapat mencapai 140 dB.
Dari berbagai sumber yang dihimpun, suara dengan intensitas di bawah 85 dB umumnya dianggap aman untuk didengar dalam waktu yang wajar.
Pria Ini Ukur Intensitas Suara Sound Horeg
Akan tetapi, jika intensitas suara melebihi ambang batas ini, risiko gangguan pendengaran akan meningkat, terutama jika terpapar dalam jangka waktu lama dan berulang.
Contoh suara yang berada dalam batas aman antara lain adalah percakapan sehari-hari (sekitar 60 dB) dan suara latar rumah tangga biasa (40-50 dB).
Berdasarkan data dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) di Amerika Serikat, batas aman untuk paparan suara adalah 85 dB selama 8 jam per hari.
Lebih lanjut, penting untuk diketahui bahwa setiap kenaikan 3 dB akan mengurangi durasi paparan aman setengahnya. Artinya, jika Anda mendengar suara dengan intensitas 88 dB, paparan yang aman hanya sekitar 4 jam, dan pada intensitas 100 dB, waktu yang aman hanya sekitar 15 menit.
Beberapa suara yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari namun dapat merusak pendengaran antara lain adalah klakson kendaraan (110 dB), konser musik (100–120 dB), suara bor listrik (95 dB), dan suara dari earphone dengan volume maksimal (biasanya lebih dari 100 dB).
Paparan suara yang terus-menerus seperti ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, yang sayangnya tidak dapat disembuhkan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari satu miliar orang muda di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat kebiasaan mendengarkan musik keras, terutama melalui earphone.
Untuk itu, WHO menyarankan penggunaan pembatas volume pada perangkat audio dan menganjurkan agar penggunaan earphone tidak melebihi satu jam per hari dengan volume maksimal 60 persen dari kapasitasnya.
KEYWORD :Batasan Volume Sound horeg Pendengaran Manusia