Sabtu, 02/08/2025 14:29 WIB

Kisah Pasukan Gajah Takluk oleh Burung dari Langit

Dikisahkan, seekor gajah raksasa, bernama Mahmud, berdiri tegak di depan Makkah. Di belakangnya, ribuan pasukan bersenjata lengkap, siap meratakan kota suci yang bahkan para leluhur Arab pun tak berani mengusiknya. 

Ilustrasi Kisah Pasukan Gajah Takluk oleh Burung dari Langit (Foto: SS Alsahwah)

Jakarta, Jurnas.com - Di suatu masa jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, pernah terjadi sebuah peristiwa monumental yang menjadi bukti kekuasaan Allah SWT dalam menjaga rumah-Nya, Ka’bah. Kisah ini dikenal sebagai Peristiwa Pasukan Gajah, yang diyakini menjadi latar turunannya Surah Al-Fil dalam Al-Qur’an.

Dikisahkan, Abrahah, gubernur Yaman kala itu yang berada di bawah kekuasaan Raja Negus dari Ethiopia, memiliki ambisi besar. Ia ingin manusia berhaji bukan ke Ka’bah di Makkah, melainkan ke gereja megah yang ia bangun di San’a, yang dirancang menyerupai Ka’bah. Tujuannya jelas: mengalihkan perhatian umat dari ibadah haji ke Ka’bah menuju wilayahnya, demi meningkatkan pengaruh dan kedudukannya.

Untuk merealisasikan ambisinya, Abrahah menyebarkan ajakan berhaji ke gerejanya. Namun, tindakan ini memancing kemarahan orang-orang Arab, khususnya suku Quraisy dan suku-suku lain yang menjadikan Ka’bah sebagai pusat ibadah dan kebanggaan.

Suatu hari, seorang pria Arab dari suku Kinanah yang menyambangi gereja Abrahah melakukan tindakan tak terduga: ia mencemari tembok gereja dengan kotoran. Perbuatan ini memicu kemarahan Abrahah hingga ia memutuskan untuk mengirim pasukan besar ke Makkah, dengan gajah sebagai kendaraan tempur utama—sebuah simbol kekuatan dahsyat.

Dalam perjalanan menuju Makkah, pasukan bergajah Abrahah melewati negeri Khats’am, tempat Nufail bin Habid al-Khats’ami bersama kaumnya berusaha menghadang. Namun, kekuatan Abrahah terlalu besar; pasukannya berhasil menghancurkan perlawanan dan menangkap Nufail sebagai tawanan. Nufail kemudian dipaksa menjadi pemandu jalan menuju tanah suci Makkah.

Saat Abrahah hampir tiba di Makkah, ia mempersiapkan gajahnya yang terbesar, Mahmud, untuk menyerbu kota suci tersebut. Namun, Nufail melakukan sesuatu yang tidak terduga. Ia berdiri di samping Mahmud, memegang telinganya, dan dengan suara pelan membisikkan, “Mogoklah, hai Mahmud! Kembalilah ke tempat asalmu, karena ini negeri Allah yang haram.”

Ajaibnya, Mahmud benar-benar mogok. Upaya pasukan Abrahah untuk memaksa gajah itu bergerak—baik dengan cambuk, senjata, maupun tekanan—gagal total. Gajah itu hanya mau berdiri dan berjalan jika diarahkan ke arah lain, bukan Makkah.

Di saat kritis ini, Allah menurunkan pertolongan-Nya berupa segerombolan burung ababil—burung-burung hitam yang datang berbondong-bondong dari arah laut. Setiap burung membawa tiga batu kerikil dari tanah yang terbakar: satu di paruh dan dua di kakinya. Mereka melempari pasukan Abrahah dengan batu-batu tersebut, menghancurkan pasukan dan memporak-porandakan niat jahat mereka tanpa ampun.

Nufail yang telah bebas dari tawanan dan bergabung kembali dengan warga Quraisy dan Arab lainnya, menyaksikan kehancuran dahsyat pasukan bergajah itu dari puncak gunung. Ia melantunkan syair penuh makna:

“Tiada tempat berlari, bila Tuhan yang mengejarnya
Dan Asyram lah yang kalah, bukan yang menang.”

Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai peristiwa “Pasukan Gajah” yang terjadi sekitar 40 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Sebagian saksi mata hidup hingga masa kenabian beliau.

Peristiwa ini diabadikan dalam Surah Al-Fil (105), yang menjelaskan bagaimana Allah menggagalkan tipu daya Abrahah:

“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?” (QS. Al-Fil: 1-2)

Ayat-ayat berikutnya menggambarkan burung ababil dan batu dari tanah terbakar yang dilemparkan sehingga pasukan itu menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat—artinya hancur dan tersisa sedikit pun tak ada.

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa batu-batu tersebut adalah azab khusus dari Allah yang sangat pedih, yang menembus tubuh musuh hingga keluar dari bagian lain tubuh mereka, menandakan betapa dahsyatnya siksaan ilahi atas kesombongan dan usaha jahat mereka.

Kisah ini bukan hanya sejarah lama, tapi pengingat kuat akan kekuasaan Allah menjaga rumah-Nya dan umat-Nya. Tidak ada upaya manusia yang bisa menggagalkan kehendak-Nya. Ambisi besar Abrahah yang membawa pasukan bergajah pun musnah oleh kuasa Ilahi lewat burung-burung kecil yang tampaknya lemah, namun sarat dengan keajaiban.

Peristiwa ini juga menegaskan bahwa Ka’bah merupakan pusat ibadah yang tak tergantikan, yang dilindungi oleh Allah sejak dulu hingga kini, dan bahwa siapa pun yang mencoba meruntuhkannya akan mengalami kehancuran. (*)

Wallohu`alam

Sumber: TafsirAlquran, dan Almanhaj

KEYWORD :

Kisah Pasukan Gajah Burung Ababil Al-Quran surah Al-Fil




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :