
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani
Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB Lalu Hadrian Irfani mengibaratkan politik seperti bertani. Bagi dia, Hari Lahir (Harlah) ke-27 PKB menjadi momentum bagi partainya untuk menegok `ladang` yang selama ini telah dirawat.
"Ada musim menanam, musim menanti, dan musim panen. Tetapi yang paling berat adalah merawat. Karena di situlah kita diuji, apakah sabar menghadapi hama, kuat di tengah angin, dan tetap percaya bahwa tanah ini subur jika ditanam dengan niat baik. Ulang tahun ke-27 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah momentum menengok ladang itu. Apakah tanah perjuangan ini masih kita garap dengan hati? Atau hanya kita biarkan menjadi panggung tempat kita menebar janji?" kata Lalu di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (24/7).
Lalu sebagai pimpinan komisi yang membidangi pendidikan, kepemudaan, olahraga, budaya, dan teknologi, memandang ulang tahun PKB bukan sekadar perayaan usia. Perayaan itu adalah kesempatan untuk memperbarui kesadaran bahwa politik bukan hanya tentang kursi dan kekuasaan.
"Tapi tentang keberlanjutan nilai, khususnya nilai pendidikan, akhlak, dan keadaban generasi penerus," katanya.
Untuk itu, kata Lalu, tak heran bila PKB dalam peringatan kali ini justru menghadirkan lima pemuda dari berbagai pelosok negeri. Mereka bukan selebritas melainkan pembaharu.
"Yang satu memperjuangkan pendidikan adab, yang lain merintis teknologi tepat guna di desa, ada yang menghidupkan kembali hutan, dan yang lainnya membangkitkan potensi produk lokal dengan inovasi kreatif. Mereka adalah wajah Indonesia masa depan, tak bising, tapi bekerja," ucapnya.
Ketua DPW PKB Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyebut bila para pemuda tersebut tak hanya diundang untuk diberi panggung. Mereka dihadirkan untuk mengingatkan semua pihak, bahwa perubahan itu bukan hanya milik pemerintah atau partai politik (parpol) tapi milik mereka yang bekerja dalam diam, dengan ketekunan dan kesabaran.
Di samping dari itu, Lalu memandang kepemimpinan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai Ketua Umum PKB dalam usia ke-27 ini juga menjadi cermin bahwa partai tidak berjalan dalam ruang hampa.
"PKB tumbuh bersama tantangan zaman, merespons perubahan, dan memantapkan arah sebagai partai yang menempatkan kaum muda sebagai poros masa depan," katanya.
Dia menyinggung sambutan Cak Imin pada puncak perayaan Harlah ke-27 PKB tadi malam, yang menyampaikan harapan yang dalam, agar Presiden Prabowo Subianto terus istikamah memimpin Indonesia menuju kedaulatan, kemandirian, keadilan, dan kemakmuran. Bukan hanya sebagai wacana politik, tapi sebagai ikhtiar membumikan cita-cita luhur bangsa.
"Cak Imin juga menegaskan bahwa PKB siap mengawal pemerintahan Prabowo-Gibran, bukan dengan tepuk tangan seremonial, melainkan dengan kerja nyata di semua level, dari DPR, DPRD, hingga akar rumput. Dan itulah semangat yang sejak awal menjadi DNA PKB, partai yang lahir dari rahim pesantren, tumbuh dari nilai, bukan sekadar angka elektoral," katanya.
Lalu juga mengaku sepndapat dengan pernyataan Presiden Prabowo yang memuji pidato mantan Wakil Presiden Ma`ruf Amin yang ringkas tapi menyentuh inti. Menurutnya, pidato Ma`ruf Amin menggerakkan semua pihak.
"Saya pun setuju. Di tengah dunia politik yang sering berputar-putar dalam kalimat panjang, kata-kata yang ringkas dan tulus justru lebih menggerakkan," katanya.
Namun demikian, dia mengungkapkan bila hal yang paling menyentuh dalam pidato Presiden Prabowo ialah saat menyinggung kembali Pasal 33 UUD 1945. Pasal yang seolah terlupakan itu kembali mendapat tempat dalam diskursus publik.
Lalu menegaskan pasal itu mengingatkan semua pihak bahwa perekonomian bangsa ini harus dibangun atas dasar kekeluargaan, di mana Bumi dan air adalah milik rakyat, dikuasai negara untuk kemakmuran bersama.
"Saya tahu, di meja-meja pembahasan naskah amandemen, pasal ini memang kerap tak disapa. Seperti anak tiri dalam keluarga besar konstitusi," katanya.
"Maka ketika Prabowo mengangkatnya kembali, dan bahkan menyampaikan terima kasih kepada PKB karena menjaganya, saya melihat ini bukan sekadar nostalgia, ini pertanda bahwa fondasi ekonomi berbasis keadilan masih mungkin diperjuangkan, jika kita berani mengawal," timpalnya.
Dalam konteks Komisi X DPR RI, Lalu menaruh perhatian besar pada program-program awal pemerintahan Presiden Prabowo yang menyentuh langsung masyarakat, misalnya Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, program MBG bukan sekadar wacana populis, tapi menjadi intervensi nyata terhadap masalah serius bangsa, stunting, dan gizi buruk.
"Begitu juga Sekolah Rakyat, yang menjadi harapan bagi anak-anak dari kelompok marginal agar tidak tersingkir dari peta pembangunan manusia Indonesia," katanya.
Lalu menilai kedua program itu bisa menjadi gerbang menuju keadilan sosial bila dijalankan dengan baik. Namun, kata dia, seperti ladang yang harus dirawat, program-program itu juga perlu dikawal secara ketat agar tidak berubah menjadi proyek, tetapi tetap menjadi pengabdian.
"KH Hasyim Asy’ari pernah menasihati, `Barang siapa yang memelihara agama, maka Allah akan memelihara negeri dan bangsanya`. Dan dalam konteks hari ini, memelihara agama tak cukup dengan lisan, tapi juga dengan keputusan. Kita memelihara nilai-nilai luhur agama dalam setiap langkah kebijakan, dalam undang-undang, dalam anggaran, dan dalam orientasi pembangunan," tegas Lalu.
Terakhir, Lalu menegaskan bila Ulang Tahun PKB bukanlah pesta. Perayaan itu lebih mirip seperti khataman, menutup satu juz perjuangan dan membuka lembaran berikutnya.
"Kita bukan hendak menyanyikan lagu kemenangan, melainkan melantunkan doa agar tetap diberi kekuatan untuk menanam harapan di ladang perubahan," katanya.
Dia menyatakan perubahan sejati bukan dikerjakan di panggung besar, melainkan di sawah, sekolah, rumah, desa, di mana tempat-tempat rakyat bekerja, berharap, dan berdoa.
"Dan selama kita masih setia berada di sana, maka ladang ini tak akan pernah gersang," kata dia.
KEYWORD :
Warta DPR PKB Lalu Hadrian Irfani HUT ke-27 Indonesia Produktif