Kamis, 24/07/2025 05:42 WIB

Mengenal Fungsi dan Tipe Anak dalam Alquran

Setidaknya terdapat lima tipikal dan fungsi anak yang disebutkan dalam Al‑Qur’an. Dalam beberapa ayat Alquran disebutkan bahwa anak dapat menjadi penyejuk hati, perhiasan hidup, musuh, fitnah, bahkan penghalang ibadah.

Ilustrasi Mengenal Fungsi dan Tipe Anak dalam Alquran (Foto: Doknet)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam pandangan Islam, anak merupakan karunia terindah dari Allah SWT—bukan sekadar pelengkap dalam sebuah keluarga, tetapi juga amanah yang besar, sekaligus potensi kebanggaan atau cobaan bagi orang tuanya. Dalam Al-Qur’an, anak tidak hanya diposisikan sebagai berkah, tetapi juga bisa menjadi ujian dan bahkan musuh, tergantung bagaimana mereka dibesarkan dan diarahkan.

Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, setidaknya terdapat lima tipikal dan fungsi anak yang disebutkan dalam Al‑Qur’an. Dalam beberapa ayat Alquran disebutkan bahwa anak dapat menjadi penyejuk hati, perhiasan hidup, musuh, fitnah, bahkan penghalang ibadah. Setiap tipikal dan fungsi ini memiliki makna yang dalam dan menjadi cermin kondisi keluarga masa kini. Berikut adalah ulasannya.

1. Anak sebagai Qurrata A’yun (Penyejuk Hati dan Jiwa)

Dalam Surat Al-Furqan ayat 74, Allah menggambarkan anak sebagai qurrata a’yun, penyejuk pandangan dan pelipur lara. Bagi orang tua yang diberkahi anak saleh dan salehah, kehadiran mereka adalah sumber ketenangan, bukan hanya kebanggaan.

Mereka tumbuh dalam ketaatan, mendalami ilmu agama, dan membawa semangat untuk memakmurkan masjid serta membantu sesama. Kebaikan mereka bukan hasil kebetulan, melainkan buah dari didikan yang penuh cinta, keteladanan, dan usaha yang konsisten dari kedua orang tua.

2. Anak sebagai Ziinah (Perhiasan Dunia)

Al-Qur’an dalam Surat Al-Kahfi ayat 46 menyatakan bahwa harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Artinya, anak memang menjadi salah satu bentuk kenikmatan duniawi yang membuat hidup terasa lengkap. Namun, layaknya perhiasan, nilai anak sebagai “hiasan hidup” bisa bersifat sementara dan menipu bila tak dibarengi dengan nilai ukhrawi.

Anak sebagai perhiasan sejati adalah mereka yang tak hanya membanggakan secara akademik atau karier, tapi juga memberi ketenangan spiritual bagi keluarganya. Sebaliknya, jika hanya menjadi simbol status sosial tanpa bekal agama yang kuat, mereka justru bisa membawa orang tua ke dalam tipu daya dunia.

3. Anak sebagai ‘Aduww (Musuh)

Pernahkah kita merasa bahwa konflik keluarga datang bukan dari luar, melainkan dari dalam rumah sendiri? Al-Qur’an tidak segan menyebut bahwa anak bisa menjadi musuh, seperti tertulis dalam Surat At-Taghabun ayat 14. Ini bukan musuh dalam arti harfiah, tetapi dalam bentuk pertentangan nilai, ketegangan emosional, bahkan kedurhakaan yang menyakitkan.

Anak yang tidak menghormati orang tua, memusuhi ajaran agama, atau menolak nasihat kebaikan adalah cerminan dari hilangnya arah dalam pengasuhan. Kadang, faktor eksternal seperti pergaulan dan media, atau faktor internal seperti kurangnya komunikasi dalam keluarga, turut menyuburkan permusuhan ini.

4. Anak sebagai Fitnah (Ujian dan Cobaan Hidup)

Surat Al-Anfal dan At-Taghabun sama-sama menegaskan bahwa anak bisa menjadi fitnah, ujian yang menguji keikhlasan dan ketahanan orang tua. Ini adalah bentuk cinta yang dibungkus cobaan. Misalnya, ketika orang tua terlalu sibuk mencukupi materi hingga lalai mendidik nilai, atau saat anak tumbuh dengan kecenderungan yang menjauh dari ajaran Islam.

Tidak semua ujian tampak menyakitkan. Ada pula ujian yang justru terlihat indah: ambisi orang tua terhadap masa depan anak bisa melenceng menjadi obsesi, hingga lupa bahwa tujuan hidup sejatinya adalah ridha Allah, bukan sekadar sukses duniawi.

5. Anak sebagai Penghalang Ibadah

Ayat dalam Surat Al-Munafiqun menyentil realitas banyak keluarga modern: anak, jika tidak disikapi dengan bijak, bisa menjadi pengalih dari kewajiban spiritual. Tak sedikit orang tua yang menunda shalat, mengabaikan pengajian, atau lupa bersedekah karena terlalu sibuk mengejar kenyamanan dan kebahagiaan anak-anak mereka.

Kesalahan bukan sepenuhnya pada anak, tetapi pada ketidakseimbangan dalam mengelola cinta dan tanggung jawab. Dalam kondisi ideal, anak seharusnya menjadi pendorong semangat beribadah, bukan justru penghalangnya.

Dengan demikian, anak merupakan amanah agung yang harus dirawat dengan ilmu, kesabaran, dan keikhlasan. Al-Qur’an telah menjelaskan berbagai tipe anak dan potensi fungsinya dalam kehidupan manusia: sebagai penyejuk hati, perhiasan, cobaan, musuh, bahkan penghalang ibadah. Semua tergantung bagaimana orang tua menyikapi dan mendidik mereka.

Dalam dunia yang serba cepat ini, membesarkan anak bukan hanya soal memberi makan dan sekolah yang terbaik. Tetapi bagaimana menjadikan mereka sahabat dalam iman, dan pewaris nilai-nilai Islam yang luhur. Karena di akhirat kelak, anak yang saleh dan shalihah bisa menjadi investasi amal jariyah yang tak ternilai. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Anak dalam Alquran tipe anak menurut Alquran anak dalam pandangan Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :