
Ilustrasi - Brain Rot Meluas, Pola Hidup Islami Efektif Jaga Kesehatan Mental? (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
Jakarta, Jurnas.com - Paparan konten digital yang dangkal dan berlebihan disebut-sebut sebagai penyebab turunnya daya pikir generasi modern. Fenomena ini dikenal sebagai brain rot, dan kini menjadi sorotan global.
Oxford University Press menetapkan “brain rot” sebagai Word of the Year 2024. Istilah ini merujuk pada kondisi penurunan fungsi kognitif akibat kebiasaan mengonsumsi informasi yang tidak menantang secara intelektual.
Dikutip dari berbagai sumber, brain rot bukanlah penyakit medis, namun dampaknya terasa nyata. Gangguan konsentrasi, kelelahan mental, dan hilangnya motivasi menjadi gejala yang umum dirasakan.
Dikutip dari laman Forbes, brain rot merupakan bentuk pengakuan sadar dari pengguna media sosial yang merasa otaknya mulai “rusak” akibat paparan konten tidak bermutu. Dalam praktiknya, kondisi ini diperparah oleh kurang tidur, pola makan tidak sehat, serta stres berkepanjangan.
Dikutipdari laman Tecnológico de Monterrey, fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Penulis asal Amerika Serikat, Henry David Thoreau, sudah menyinggung kekhawatiran serupa dalam bukunya Walden pada 1854. Ia menggambarkan bagaimana manusia mulai kehilangan kemampuan berpikir kritis akibat kebiasaan menyederhanakan hal-hal kompleks.
Kapan Muharram 2025 Berakhir dan Safar Dimulai?
Di era digital saat ini, gejala tersebut semakin mudah dikenali. Konten viral, iklan personalisasi, hingga notifikasi nonstop membuat otak terus-menerus menerima informasi tanpa sempat memproses secara mendalam.
Studi dalam Psychology and Health Journal tahun 2020 menunjukkan bahwa stres kronis berkorelasi dengan penurunan kemampuan berpikir. Pola hidup yang tidak seimbang dapat mempercepat kondisi ini jika tidak segera diatasi.
Bagaimana Hukum Mengadopsi Anak dalam Islam?
Di tengah fenomena tersebut, gaya hidup Islami dinilai sejalan dengan praktik-praktik yang disarankan untuk menjaga kesehatan otak dan atau mental. Dikutip dari laman Dompetdhuafa, Islam mengajarkan prinsip hidup seimbang antara fisik, mental, dan spiritual.
Salah satu aspek yang ditekankan dalam ajaran Islam adalah pentingnya tidur yang cukup. Tidur berperan penting dalam memulihkan fungsi otak dan menjaga kestabilan emosi.
“Tidurlah di malam hari dan bangunlah untuk shalat malam,” sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Bukhari.
Pola makan dalam Islam juga diarahkan agar tetap seimbang dan tidak berlebihan. Hal ini dianggap penting untuk menjaga fungsi kognitif dan daya tahan tubuh.
“Dan makanlah serta minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,” (QS. Al-A’raf: 31).
Selain itu, ajaran Islam mengingatkan pentingnya menjauh dari informasi yang tidak bermanfaat. Hadis Nabi SAW menyebut, “Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya,” (HR. Tirmidzi).
Spiritualitas juga dinilai berkontribusi dalam menjaga kesehatan mental. Dzikir dan doa disebut memiliki efek menenangkan yang berdampak langsung pada kestabilan pikiran.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang,” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Aktivitas fisik turut menjadi bagian dari pola hidup Islami. Nabi Muhammad SAW menganjurkan olahraga seperti berkuda, memanah, dan berenang yang terbukti secara medis dapat memperbaiki aliran darah ke otak. (*)
Wallohu`alam
Pola Hidup Islami Brain rot Islam Kesehatan Mental