Selasa, 22/07/2025 17:56 WIB

Mengenal Huap Lingkung, Prosesi Adat Sunda seperti di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi

Mengenal Huap Lingkung, Prosesi Adat Sunda seperti di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi

Huap Lingkung dala Prosesi Pernikahan Adat Sunda (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Tradisi Huap Lingkung merupakan salah satu prosesi adat Sunda yang sarat makna dalam rangkaian pernikahan. Ritual ini menjadi momen penuh haru ketika orang tua menyuapi anaknya, serta ketika pasangan pengantin saling menyuapi sebagai simbol kasih sayang dan doa untuk kehidupan rumah tangga yang baru.

Salah satu contoh nyata pelaksanaan Huap Lingkung ialah pada pernikahan anak sulung Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Maula Akbar Mulyadi Putra, dengan Wakil Bupati Garut, Puteri Karlina. Setelah prosesi akad nikah dan resepsi utama, rangkaian tradisi seperti Pabetot Bakak Hayam, Huap Lingkung, hingga Nyawer ditampilkan, memperkuat ikatan emosional dan kekeluargaan.

Dikutip dari laman Budaya Indonesia, Huap Lingkung sendiri terdiri dari dua kata, “huap” yang berarti suap-suapan, dan “lingkung” yang merujuk pada lingkungan atau kerabat terdekat. Dengan demikian, tradisi ini bermakna suapan kasih yang disaksikan seluruh keluarga sebagai simbol persatuan dan restu bersama.

Ritual ini dimulai dengan orang tua yang mencuci tangan, sebagai simbol penyucian niat sebelum memberikan restu. Kemudian, ibu menyuapi anak kandungnya, ayah menyuapi menantu, dan akhirnya kedua pengantin saling menyuapi setelah saling merangkul dan menyilangkan tangan.

Dalam prosesi ini juga terdapat rangkaian pabetot Bakak Hayam, yaitu tarik-menarik paha ayam yang melambangkan perjuangan bersama dalam menghadapi kehidupan rumah tangga. Semua rangkaian ini mengandung pesan bahwa pernikahan adalah ikatan dua keluarga yang harus saling menjaga dan mendukung.

Momen Huap Lingkung membawa nilai emosional yang kuat, mengingatkan pada masa kecil ketika anak masih bergantung pada orang tua. Kini, tradisi ini menjadi doa dan restu yang diungkapkan lewat tindakan sederhana namun penuh makna.

Kehadiran prosesi ini dalam pesta pernikahan anak pejabat daerah menegaskan bahwa adat istiadat Sunda masih hidup dan dijunjung tinggi. Bahkan, di tengah maraknya pernikahan bergaya modern, masyarakat masih memberi ruang untuk budaya leluhur tampil dengan utuh.

Tradisi ini tak hanya bermakna emosional, tapi juga spiritual dan edukatif. Ia mengajarkan penghormatan kepada orang tua, pentingnya peran pasangan dalam rumah tangga, dan nilai kebersamaan sebagai dasar keluarga.

Huap Lingkung menjadi pengingat bahwa pernikahan bukan sekadar pengikatan secara hukum, tetapi juga peristiwa budaya yang melibatkan hati dan warisan nilai. Dalam konteks ini, adat Sunda tak hanya lestari, tapi juga menemukan maknanya kembali di generasi baru. (*)

KEYWORD :

Huap Lingkung Adat Sunda Pernikahan Dedi Mulyadi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :