
Ilustrasi pernikahan adat Sunda (Foto: Pexels/Ruly Nurul Ikhsan)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam masyarakat Sunda, pernikahan bukan sekadar ikatan dua insan, melainkan juga peristiwa budaya yang merekatkan nilai-nilai tradisi, spiritualitas, dan kearifan lokal. Prosesi pernikahan adat Sunda yang kaya simbolik ini bagi sebagian masyarakat masih terus dijaga, bahkan saat modernisasi melaju cepat.
Beberapa bagian pernikahan adat Sunda—seperti saweran, nincak endog, buka pintu, sungkem—terus menggunakan bahasa Sunda sebagai medium budaya, bagian dari strategi melestarikan identitas kultural. Di sisi lain, dari tahap awal hingga akhir, setiap prosesi mengandung nilai luhur yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Sunda.
1. Ngalamar
Prosesi pernikahan dimulai dengan Ngalamar atau lamaran. Dalam momen ini, keluarga pihak pria datang membawa seserahan sebagai simbol niat baik dan keseriusan. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan pengikat awal dua keluarga besar yang akan bersatu.
Komisi III Minta Polisi Usut Tuntas Kasus Resespsi Pernikahan Anak Gubernur Jabar Dedy Mulyadi
2. Neundeun Omong
Tahapan ini menandai kesepakatan antara kedua belah pihak, mulai dari tanggal pernikahan, mas kawin, hingga tata cara upacara. Proses ini dijalankan dengan penuh kehormatan, sebagai bentuk komunikasi terbuka antar keluarga.
3. Siraman
Sebelum hari H, calon pengantin menjalani prosesi Siraman, yaitu mandi dengan air bunga oleh orang tua dan sesepuh. Tradisi ini melambangkan penyucian diri, menghapus hal-hal negatif, dan memohon berkah untuk kehidupan baru yang akan dimulai.
4. Mapag Panganten
Mapag panganten, yaitu penyambutan resmi pengantin pria. Biasanya diiringi dengan tarian tradisional, kehadiran tokoh Lengser, dan pertunjukan seni Sunda lainnya. Ini merupakan momen meriah yang tetap menjaga nilai adat dan budaya.
5. Ngeuyeuk Seureuh
Ini adalah prosesi penuh simbol yang digelar sebelum akad nikah. Ada berbagai benda seperti sirih, beras, telur, dan kain batik yang digunakan dalam ritual ini, semuanya melambangkan harapan akan rumah tangga yang harmonis, subur, dan sejahtera.
6. Akad Nikah
Dalam prosesi inti ini, pasangan resmi menjadi suami istri secara agama dan adat. Meskipun singkat, momen ini sangat sakral. Biasanya diiringi dengan iringan musik tradisional kacapi suling yang menambah suasana khidmat dan indah.
6. Sawer, Meuleum Harupat hingga Sungkem
Setelah akad, dilakukan Sawer—ritual melempar uang koin, beras, dan bunga sebagai simbol rezeki dan kebahagiaan. Sementara Meuleum Harupat atau membakar lidi merupakan pengingat bahwa ego dalam pernikahan harus dikendalikan agar tidak menjadi api yang membakar.
Kadang terdapat rangkaian Nincak Endog. Mempelai pria menginjak telur lalu dibasuh kakinya oleh mempelai wanita—tanda kesiapan dan pengabdian. Kemudian ada dialog simbolik antar pengantin, tentang komunikasi dan keterbukaan. Serta Sungkem atau mencium tangan orang tua sambil menunduk, sebagai bentuk restu dan terima kasih.
7. Huap Lingkung
Pasangan pengantin saling menyuapi nasi kuning dari tangan orang tua, melambangkan berakhirnya tanggung jawab orang tua dan dimulainya kehidupan mandiri sebagai keluarga baru.
Dalam rangkaian ini, pasangan pengantin juga saling suap dengan diawali saling tarik bakak hayam atau daging ayam yang dimasak satuan secara khusus. Rangkaian ini menggambarkan pasangan suami istri ini harmonis, saling membantu, hingga menjaga antar satu sama lainnya.(*)
KEYWORD :Pernikahan Adat Sunda Pernikahan Sunda Tradisi Huap Lingkung