
Ilustrasi sel telur manusia - Rahasia Sel Telur Manusia Bertahan Puluhan Tahun (Foto: Nona Woman)
Jakarta, Jurnas.com - Sel telur manusia memiliki kemampuan luar biasa: mereka bisa tetap utuh selama puluhan tahun sejak sebelum kelahiran hingga akhirnya digunakan untuk memulai kehidupan baru.
Penelitian terbaru dari Dr. Elvan Böke dan tim di Centre for Genomic Regulation (CRG), Barcelona, mengungkap salah satu alasan mengapa oosit (sel telur belum matang) bisa bertahan begitu lama—yakni dengan menjalankan proses internal dalam "mode siaga", menggunakan energi seminimal mungkin sambil tetap menjaga kebersihan sel.
Sel Telur Hidup Lebih Tenang dan Awet Lebih Lama
Sebelumnya diketahui bahwa oosit bahkan sengaja menonaktifkan bagian penting dari mitokondria, yakni kompleks I, guna mencegah terbentuknya reactive oxygen species (ROS)—molekul berbahaya yang bisa merusak DNA dan struktur sel lainnya.
Oosit manusia memang harus bertahan dalam jangka waktu ekstrem: seorang perempuan dilahirkan dengan satu hingga dua juta oosit, namun hanya sekitar 400 yang akan matang dan berovulasi sepanjang hidupnya.
Karena metabolisme sel secara alami menghasilkan limbah molekuler, menjaga oosit tetap utuh selama bertahun-tahun bukanlah perkara mudah.
Tim peneliti mengevaluasi lebih dari 100 oosit manusia segar, menjadikannya dataset terbesar yang pernah digunakan dalam studi semacam ini. Mereka membandingkan aktivitas organela pembersih seperti lisosom dan proteasom di dalam oosit dan sel pendukung di sekitarnya (sel kumulus).
Hasilnya: semua aktivitas pembersihan dan metabolik di dalam oosit jauh lebih rendah—sekitar setengah dari tingkat aktivitas pada sel kumulus. Ini menunjukkan bahwa oosit secara aktif menekan proses metabolik untuk mencegah kerusakan jangka panjang.
“Strategi minimalis ini memungkinkan sel telur tetap dalam kondisi bersih dan utuh selama bertahun-tahun,” ujar Dr. Böke.
Pembuangan Limbah Menjelang Ovulasi
Peneliti juga mengamati bahwa menjelang ovulasi, lisosom didorong ke tepi sel dan dibuang ke cairan sekitar sel telur. Sebuah proses “bersih-bersih besar-besaran” yang belum pernah diketahui sebelumnya pada manusia.
Sementara itu, mitokondria dan proteasom membentuk cincin di dekat membran sel, sementara bagian tengah sel tetap relatif sepi dari aktivitas pembersihan—strategi untuk menghindari ROS.
Meski tidak mengukur ROS secara langsung, peneliti menduga bahwa menekan aktivitas pemrosesan limbah dan respirasi secara bersamaan membuat produksi ROS nyaris nol.
Implikasi bagi Teknologi IVF
Setiap tahun, sekitar 2,6 juta siklus fertilisasi in vitro (IVF) dilakukan di seluruh dunia, namun tingkat keberhasilan masih terbatas—banyaknya dipengaruhi oleh kualitas sel telur.
Sebagian besar studi selama ini menggunakan oosit yang dimatangkan di laboratorium, yang cenderung menunjukkan metabolisme tidak stabil dan hasil akhir yang kurang optimal.
Temuan dari oosit segar ini justru menunjukkan bahwa sel telur terbaik adalah yang tetap diam secara metabolik hingga waktu pembuahan tiba.
Pendekatan populer seperti penggunaan antioksidan atau booster metabolik untuk “membangkitkan” sel telur mungkin justru kontraproduktif. Alih-alih meningkatkan aktivitas, pendekatan yang mendukung kondisi "tenang" alami oosit mungkin lebih menjanjikan.
Apa Selanjutnya? Fokus pada Sel Telur Usia Lebih Tua
Peneliti berencana untuk meneliti oosit dari perempuan berusia di atas 35 tahun dan dari siklus IVF yang gagal, guna mengetahui apakah kemampuan menjaga mode hemat ini menurun seiring bertambahnya usia.
Jika ya, maka terapi masa depan bisa diarahkan untuk mempertahankan atau memulihkan mode metabolik rendah ini, sebagai salah satu cara mengatasi penurunan kualitas sel telur terkait usia.
Penelitian ini telah dipublikasikan di The EMBO Journal dan menjadi salah satu studi paling komprehensif yang pernah dilakukan pada oosit manusia segar. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Sel telur manusia oosit manusia penelitian sel telur ketahanan sel telur