
Kejuaraan Catur Dunia di Arab Saudi (Foto: Doknet)
Jakarta, Jurnas.com - 20 Juli bukan sekadar tanggal biasa bagi jutaan pecinta catur di seluruh dunia. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Catur Sedunia (World Chess Day), momen penting untuk merayakan salah satu permainan tertua dan paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia.
Sejarah Singkat Hari Catur Sedunia
Dikutip dari laman United Nations, Hari Catur Sedunia ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12 Desember 2019, untuk memperingati pendirian Federasi Catur Internasional (FIDE) di Paris pada 20 Juli 1924. Meski baru diresmikan oleh PBB, peringatan ini sejatinya telah dipopulerkan oleh FIDE sejak tahun 1966.
Asal-Usul Permainan Catur
Dikutip dari berbagai sumber, catur memiliki akar sejarah yang panjang. Permainan ini diyakini berasal dari India sekitar abad ke-6 Masehi dengan nama "chaturanga", yang berarti empat divisi militer: infanteri, kavaleri, gajah, dan kereta perang—yang kini menjadi pion, kuda, gajah (bishop), dan benteng (rook).
Catur kemudian menyebar ke Persia dengan nama "chatrang", dan berkembang menjadi "shatranj" di dunia Islam. Lewat Jalur Sutra dan interaksi budaya, catur akhirnya menjangkau Bizantium dan Eropa, di mana ia mengalami transformasi menjadi versi modern yang kita kenal sekarang.
Catur Lebih dari Sekadar Permainan
Catur bukan hanya permainan dua orang di atas papan kotak-kotak, tetapi juga sebuah olahraga intelektual yang mengasah strategi, konsentrasi, kedisiplinan, dan sportivitas.
Tak hanya itu, PBB menilai catur sebagai alat yang mampu menumbuhkan toleransi dan inklusi sosial, menginspirasi pendidikan dan kesetaraan gender, mendorong perdamaian dan dialog antarbangsa, serta mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs).
Karena sifatnya yang inklusif, catur bisa dimainkan oleh siapa saja—tanpa memandang usia, gender, latar belakang sosial, atau kondisi fisik. Ini menjadikannya sebagai medium universal untuk perubahan sosial dan diplomasi budaya.
Makna Hari Catur dalam Konteks Global
Hari Catur Sedunia bukan hanya ajang perayaan, tetapi juga pengingat bahwa permainan ini bisa menjadi alat perubahan sosial. Lewat catur, nilai-nilai seperti toleransi, inklusi, keadilan, dan saling menghormati dapat ditanamkan dan diteruskan dari generasi ke generasi.
Selain itu, catur juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam bidang pendidikan, kesetaraan gender, dan pembangunan komunitas. Karena sifatnya yang inklusif dan murah, catur dapat dimainkan di mana saja oleh siapa saja—terlepas dari usia, jenis kelamin, latar belakang ekonomi, atau kondisi fisik.
Catur dan Tokoh Dunia
Sepanjang sejarah, catur telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang bukan hanya unggul dalam permainan, tapi juga menginspirasi jutaan orang. Nama-nama seperti Bobby Fischer, Garry Kasparov, hingga Magnus Carlsen tak hanya mendominasi papan catur, tapi juga menjadikan catur bagian dari budaya populer global.
Bahkan hingga kini, terdapat lebih dari 2.000 varian permainan catur yang berkembang di berbagai belahan dunia, menjadikannya sebagai warisan budaya yang hidup dan terus berevolusi.
Tujuan Peringatan Hari Catur Sedunia
Peringatan ini bukan hanya penghormatan terhadap FIDE atau sejarah panjang catur, tapi juga untuk menyemai nilai-nilai perdamaian melalui olahraga menumbuhkan semangat belajar dan berpikir kritis, menghubungkan komunitas global lewat aktivitas yang sederhana namun dalam maknanya.
Dengan demikian, catur telah melampaui batas permainan. Ia menjelma menjadi simbol perdamaian, kecerdasan, inklusi, dan strategi lintas generasi. Maka tak heran jika setiap 20 Juli, dunia bersama-sama merayakan Hari Catur Sedunia—bukan hanya untuk mengenang sejarahnya, tapi juga untuk merayakan masa depannya. (*)
KEYWORD :Hari Catur Sedunia 20 Juli Peringatan Hari Catur Olahraga catur