Minggu, 20/07/2025 01:55 WIB

Manchild, Ketika Pria Dewasa Tak Kunjung Dewasa

Tak sedikit pria yang secara usia dewasa, tapi menunjukkan perilaku emosional yang kekanak-kanakan. Istilah yang kini populer untuk menggambarkan fenomena ini adalah

Ilustrasi menghadapi manchild (Foto: Hubpages)

Jakarta, Jurnas.com - Di usia dewasa, seseorang diharapkan mampu bertanggung jawab, berpikir rasional, dan menjalin relasi secara setara. Namun, tak sedikit pria yang secara usia dewasa, tapi menunjukkan perilaku emosional yang kekanak-kanakan. Istilah yang kini populer untuk menggambarkan fenomena ini adalah "manchild".

Belakangan ini, istilah manchild kembali populer di media sosial seperi TikTok. Tapi, apa sebenarnya arti dari istilah ini? Apakah sekadar label? Ataukah ada sejarah dan dinamika psikologis yang lebih dalam di baliknya? Simak ulasan berikut ini yang dikutip dari Verywell Mind.

Apa Sebenarnya Arti "Manchild"?

Dikutip dari berbagai sumber, istilah manchild merujuk pada pria dewasa secara usia, tetapi belum matang secara emosional. Ia sulit mengambil tanggung jawab, tidak terbiasa menghadapi konflik secara dewasa, dan cenderung menempatkan beban emosional atau praktis kepada pasangannya. Dalam banyak kasus, seseorang yang hidup dengan manchild akan merasa lelah karena harus mengimbangi ketidaksiapan pasangannya dalam menghadapi dinamika hubungan yang sehat.

Dari Mana Istilah Ini Berasal?

Dikutip dari Verywell Mind, meski terdengar modern, istilah manchild sudah ada sejak abad ke-14 dan awalnya hanya berarti "anak laki-laki." Baru pada abad ke-18, istilah ini mulai digunakan secara metaforis untuk menyebut pria yang tidak kunjung dewasa. Pada 1983, psikolog Dan Kiley mempopulerkan konsep ini lewat bukunya The Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up. Buku tersebut mengangkat gambaran pria yang menolak tumbuh dewasa secara emosional, seperti karakter fiktif Peter Pan.

Meski begitu, penting diketahui bahwa Peter Pan syndrome bukanlah diagnosis resmi secara psikiatris. Ia tidak tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) maupun daftar gangguan mental WHO. Namun, istilah ini tetap digunakan untuk menjelaskan pola perilaku yang umum terjadi dalam relasi romantis maupun sosial.

Seperti Apa Pola Perilaku Seorang Manchild?

Pria yang dikategorikan sebagai manchild biasanya menunjukkan perilaku yang cenderung menghindari tanggung jawab, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun kehidupan sehari-hari. Mereka juga sering kesulitan mengelola emosi—mudah marah, tersinggung, atau enggan terlibat dalam percakapan serius. Dalam banyak kasus, mereka masih sangat bergantung pada orang tua atau pasangan, baik secara finansial maupun emosional.

Kesenangan pribadi menjadi prioritas, sementara tugas dan komitmen kerap diabaikan. Dalam hubungan asmara, pasangan dari manchild kerap merasa seperti harus membesarkan “anak kedua”, bukan bermitra dengan pasangan dewasa. Komunikasi jadi tidak seimbang, dan beban emosional pun tak jarang hanya ditanggung satu pihak.

Mengapa Label Ini Bisa Berbahaya?

Meski istilah manchild membantu menggambarkan situasi yang nyata dalam banyak hubungan, penting untuk berhati-hati dalam menggunakannya. Melabeli seseorang dengan istilah merendahkan bisa menyederhanakan masalah yang kompleks. Di balik perilaku tidak dewasa, bisa jadi ada luka masa kecil, pola asuh permisif, atau kurangnya pendidikan emosional.

Saat seseorang merasa frustrasi terhadap pasangannya, menyebut mereka dengan label seperti "manchild" atau "suami kekanak-kanakan" bisa menjadi bentuk pelampiasan, tetapi belum tentu menyelesaikan masalah. Alih-alih menciptakan ruang untuk pertumbuhan bersama, label ini bisa membangun tembok komunikasi yang makin tebal.

Jika Anda Hidup Bersama Seorang Manchild

Menjalani hubungan dengan pasangan yang belum dewasa secara emosional memang tidak mudah. Dalam banyak kasus, pasangan merasa harus memikul beban lebih, baik secara emosional maupun praktis. Salah satu langkah awal adalah mengenali batas dalam hubungan, menyuarakan kebutuhan secara jujur, dan menghindari peran sebagai "penyelamat".

Mendorong pasangan untuk mengenal dirinya, mengevaluasi kebiasaannya, bahkan mencari bantuan profesional, bisa menjadi titik awal perubahan. Tapi penting diingat: perubahan hanya bisa terjadi jika orang tersebut menyadari perlunya bertumbuh.

Menjadi Dewasa Lebih dari Sekadar Usia

Fenomena manchild menyoroti pentingnya kedewasaan emosional dalam membangun hubungan yang sehat. Menjadi dewasa bukan hanya tentang umur, status pekerjaan, atau pencapaian materi. Tapi tentang bagaimana seseorang menghadapi tanggung jawab, merespons konflik, dan menjalin hubungan secara setara.

Dan pada akhirnya, kita semua—baik pria maupun wanita—perlu belajar untuk tumbuh, bukan hanya bertambah usia. (*)

KEYWORD :

Mandchild Fenomena manchild Pria dewas Kedewasaan Relationship




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :