Sabtu, 19/07/2025 02:11 WIB

Nelson Mandela, Pejuang Kemanusiaan yang Mengubah Dunia dari Mvezo

Sebagai anak dari Kepala Suku Henry Mandela, Nelson Mandela lahir dari klan Madiba. Meski berasal dari keluarga bangsawan, ia memilih jalan berbeda: menjadi pengacara dan memperjuangkan kemanusiaan hingga keadilan sosial.

Hari Internasional Nelson Mandela (Foto: Indiatimes)

Jakarta, Jurnas.com - Hari ini 10 tahun yang lalu, tepatnya Pada 18 Juli 1918, seorang bayi laki-laki lahir di desa kecil Mvezo, Afrika Selatan. Namanya Nelson Rolihlahla Mandela atau dikenal Nelson Mandela. Ia merupakan sosok yang bukan hanya mengubah sejarah negaranya, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam dalam perjuangan kemanusiaan global.

Dikutip dari berbagai sumber, sebagai anak dari Kepala Suku Henry Mandela, Nelson Mandela lahir dari klan Madiba. Meski berasal dari keluarga bangsawan, ia memilih jalan berbeda: menjadi pengacara dan memperjuangkan keadilan sosial.

Keputusan itu mengubah hidupnya selamanya karena ia tumbuh dalam sistem apartheid yang menindas mayoritas warga kulit hitam. Dari ruang sidang hingga jalanan, Mandela memperjuangkan hak yang sama bagi semua ras.

Namun perjuangannya dianggap ancaman serius oleh rezim apartheid, dan pada 1962 ia ditangkap serta dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Ia menghabiskan 27 tahun di balik jeruji, sebagian besar di Pulau Robben, dalam kondisi yang keras dan penuh tekanan.

Meskipun dipenjara, pengaruh Mandela justru meluas, menjadikannya simbol internasional bagi perlawanan terhadap ketidakadilan rasial. Suaranya yang dibungkam oleh besi penjara justru menggema ke seluruh dunia.

Setelah tekanan global dan perubahan politik di dalam negeri, Mandela akhirnya dibebaskan pada 11 Februari 1990. Dunia menyambutnya bukan hanya sebagai mantan tahanan, tetapi sebagai simbol perdamaian dan harapan.

Alih-alih menuntut balas, Mandela memilih jalan rekonsiliasi dan persatuan nasional. Ia kemudian memimpin pembentukan demokrasi baru dan terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan pada 1994.

Sebagai presiden, Mandela tak hanya fokus pada pemerintahan, tetapi juga membangun jembatan antara kelompok ras yang selama ini terpecah. Salah satu momen bersejarah terjadi saat ia mendukung tim rugby nasional, Springboks, dalam Piala Dunia Rugby 1995.

Meski didominasi pemain kulit putih dan sebelumnya menjadi simbol apartheid, Mandela melihat olahraga sebagai sarana menyatukan bangsa. Ketika Springboks menjuarai turnamen itu, seluruh Afrika Selatan bersatu dalam kebanggaan nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Atas upayanya dalam menciptakan perdamaian tanpa kekerasan, Mandela dianugerahi Nobel Perdamaian pada 1993, bersama Presiden F.W. de Klerk. Penghargaan ini menjadi pengakuan dunia atas keteguhan prinsipnya melawan ketidakadilan tanpa menanggalkan nilai kemanusiaan.

Setelah tidak lagi menjabat, Mandela tetap aktif di bidang sosial dan kemanusiaan melalui Nelson Mandela Foundation. Ia berbicara tentang HIV/AIDS, kemiskinan, hak anak, dan perdamaian global.

Saat ia meninggal dunia pada 5 Desember 2013, jutaan orang dari berbagai ras dan negara berkabung bersama. Duka itu menyatukan Afrika Selatan sekali lagi, membuktikan bahwa warisannya tak mengenal batas warna kulit.

Untuk mengenang jasa dan nilai-nilai yang ia junjung tinggi, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 18 Juli sebagai Hari Internasional Nelson Mandela. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari ulang tahunnya dan berfungsi sebagai pengingat bahwa perubahan dimulai dengan tindakan, bukan wacana.

Peringatan ini mendorong setiap orang untuk mendedikasikan waktu bagi kemanusiaan, sekurangnya 67 menit, sesuai jumlah tahun Mandela mengabdi pada pelayanan publik. Nilai-nilai seperti keberanian moral, empati, dan tanggung jawab sosial menjadi fondasi dari semangat peringatan ini.

Nelson Mandela bukan hanya milik Afrika Selatan, tapi milik dunia. Ia adalah pengingat hidup bahwa bahkan dalam penindasan paling gelap, cahaya pengampunan dan harapan bisa menang.

Seperti yang pernah ia katakan, “To be free is not merely to cast off one’s chains, but to live in a way that respects and enhances the freedom of others.” Kalimat itu kini menjadi warisan moral umat manusia yang tak lekang oleh waktu. (*)

KEYWORD :

Hari Internasional Nelson Mandela 18 Juli Nelson Rolihlahla Mandela Kemanusiaan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :