
Ilustrasi makanan Ultra-Proses (Foto: Pexels/Edward)
Jakarta, Jurnas.com - Sereal berwarna cerah, pizza instan, keripik dalam kemasan besar hingga mie instan kini menjadi pemandangan umum di rak-rak supermarket. Tapi kenyamanan itu datang dengan harga mahal: kesehatan kita.
Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh peneliti dari McMaster University menegaskan hubungan langsung antara makanan ultra-proses (ultra-processed foods/UPFs) dan sejumlah indikator awal penyakit kronis.
“Risikonya mungkin berasal dari bahan tambahan, kemasan, bahkan cara pemasarannya,” kata Anthea Christoforou, peneliti utama studi tersebut.
Hati-hati, Makanan Ultra-Proses Picu Kematian
Apa Itu Makanan Ultra-Proses?
UPF adalah makanan hasil industri yang dirancang agar praktis, tahan lama, dan menggoda lidah.
Contohnya termasuk camilan kemasan, sereal manis, minuman ringan, mie instan, dan makanan beku siap saji.
Alih-alih mempertahankan nutrisi alami, bahan dasar makanan ini diolah habis-habisan, lalu ditambahkan gula, lemak, pengemulsi, pengawet, dan pewarna buatan untuk menghasilkan produk yang konsisten dan “kecanduan.”
Masalahnya, makanan seperti ini mendominasi pilihan konsumen global—dan kini terbukti punya konsekuensi serius bagi kesehatan.
Konsumsi UPF Terkait Peningkatan Risiko Kesehatan
Dalam studi berbasis populasi di Kanada, konsumsi rata-rata mencapai lebih dari tiga porsi UPF per hari, dan kelompok seperempat teratas mengonsumsi hampir enam porsi, sering kali menggantikan asupan buah dan sayuran.
Salah satu temuan paling mencolok adalah peningkatan kadar protein C-reaktif, penanda peradangan sistemik yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
“Tubuh merespons makanan ini seperti benda asing,” kata Christoforou. “Ada respons peradangan yang terus berlangsung.”
Sebagian orang mengira dampak buruk UPF hanya berasal dari berat badan berlebih. Namun studi ini tetap menemukan kadar insulin dan trigliserida yang lebih tinggi pada konsumen UPF, meskipun indeks massa tubuh mereka sudah disesuaikan.
Penelitian sebelumnya dari AS juga menunjukkan bahwa konsumsi tinggi UPF meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 24%, bahkan setelah memperhitungkan perubahan berat badan.
Kenapa Makanan Ini Begitu Sulit Dihindari?
Eksperimen oleh Kevin Hall menunjukkan bahwa saat diberikan menu ultra-proses, partisipan makan lebih cepat, mengunyah lebih sedikit, dan merasa kurang kenyang. Akibatnya, mereka mengonsumsi sekitar 500 kalori lebih banyak per hari dan mengalami kenaikan berat badan dalam waktu dua minggu.
Struktur fisik makanan yang telah dimodifikasi—dikenal sebagai food matrix—memengaruhi cara tubuh mencerna dan menyerapnya, serta mempengaruhi mikrobioma usus dan sistem kekebalan tubuh.
Ketimpangan Sosial dan Celah Kebijakan
Dalam studi McMaster, konsumsi UPF yang tinggi lebih banyak ditemukan pada kelompok dengan pendapatan rendah dan pendidikan lebih rendah.
“Risikonya tetap ada, bahkan setelah faktor sosial disesuaikan. Ini menunjukkan perlunya kebijakan pangan yang lebih adil dan menyeluruh,” ujar Angelina Baric, salah satu penulis studi.
Studi jangka panjang lainnya memperkirakan bahwa pengurangan konsumsi UPF secara populasi dapat mencegah ribuan kematian dini setiap tahun.
Pemasaran Agresif: Sasaran Anak-anak
UPF tidak hanya mudah diakses, tapi juga sangat dipasarkan. Mulai dari karakter kartun di bungkus sereal hingga klaim “tinggi protein” atau “plus vitamin” yang menyesatkan.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan iklan seperti ini membentuk selera sejak kecil dan menciptakan loyalitas merek yang bertahan lama—terutama di kalangan anak-anak dan keluarga berpenghasilan rendah.
Apa Solusinya?
Menghindari 100% makanan ultra-proses memang tidak realistis, tapi mengganti satu porsi UPF per hari dengan makanan utuh seperti buah segar atau kacang-kacangan terbukti menurunkan penanda peradangan.
Langkah kecil seperti mengganti sereal manis dengan oatmeal di pagi hari bisa jadi awal perubahan besar.
Pemerintah seperti Health Canada saat ini sedang meninjau ulang regulasi aditif dan pemasaran makanan. Bukti terbaru ini memberi alasan kuat untuk mempercepat aksi kebijakan.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nutrition & Metabolism dan menjadi salah satu bukti paling kuat hingga kini bahwa makanan ultra-proses bukan sekadar tidak sehat—mereka adalah risiko nyata bagi kesehatan jangka panjang. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Makanan ultra-proses dampak makanan olahan Studi Kesehatan