Senin, 14/07/2025 00:09 WIB

Berkat Pelatihan, Alumni PKW Tekun Tenun Rutin Terima Pesanan

Para alumni Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun merasakan dampak positif dari berbagai macam pelatihan yang mereka dapatkan selama masa pendidikan.

Baju tenun karya alumni PKW Kemdikdasmen (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Para alumni Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun merasakan dampak positif dari berbagai macam pelatihan yang mereka dapatkan selama masa pendidikan.

Dalam acara syukuran HUT ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Balikpapan, Kalimantan Timur, hasil tangan para penenun muda berhasil menarik perhatian banyak pengunjung.

Pameran yang juga difasilitasi oleh Kemdikdasmen melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus ini menampilkan 34 produk karya dari penenun muda alumni program PKW Tekun Tenun dari berbagai daerah di Indonesia.

Salah satu karya yang ditampilkan adalah tenun gebeng karya dari penenun muda dari Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang bernama Tiarada atau biasa disapa Rada.

Memiliki minat semenjak melihat sang ibu menenun songket. Rada memutuskan untuk mengikuti program PKW Tekun Tenun di tahun 2024. Dari pelatihan tersebut, ia berkenalan lebih jauh dengan tenun gebeng, tenun khas Ogan Ilir.

"Awalnya memang masih belum terbiasa menenun, tetapi saat ini saya sudah menerima pesanan, baik dari pesanan untuk Dekranas maupun pesanan secara khusus melalui media sosial," kata Rada dalam keterangannya pada Minggu (13/7).

Rada menceritakan bahwa tenun gebeng kaya akan cerita historis. Tenun gebeng lahir dari dari tenun songket. Pada zaman dahulu, saat penenun ingin membuat songket, mereka kehabisan benang emas yang menjadi benang utama pembuat songket.

Mulai dari situlah, leluhur Ogan Ilir membuat motif sendiri dengan menggunakan benang sutra atau katun sehingga lahirlah tenun gebeng.

"Saya bangga jadi perajin tenun gebeng. Dalam satu kain saya bisa mendapatkan Rp800 ribu s.d. Rp1,5 juta rupiah tergantung ukuran dan jenis benangnya," ujar Rada.

Program PKW Tekun Tenun juga mempersiapkan penenun andal dari perajin disabilitas. Contohnya di Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo, yang melatih tiga peserta disabilitas. Salah satunya adalah Veni Milan, yang merupakan penyandang tunawicara.

Dengan latar belakang keluarga kelas menengah ke bawah dan memiliki keterbatasan, hal ini membuat Veni sempat patah semangat. Akan tetapi, di tengah keputusasaannya, motivasinya kembali bergelora dengan mengikuti program PKW Tekun Tenun pada 2022.

"Saya juga dulu menganggur dan tak tahu mau bekerja apa karena memiliki kekurangan," kata Veni menggunakan bahasa isyarat.

Setelah mengikuti pelatihan bersama 63 peserta lainnya, Veni pun sangat tertarik dengan tenun songket. Menurut dia, menenun seperti terapi yang bisa memberikannya ketenangan. Dari mengikuti program PKW pula, dia mengetahui cara menjadi wirausaha muda yang melestarikan kain tradisional.

"Sekarang saya mampu membeli barang-barang untuk keperluan sendiri dari hasil menenun. Setiap bulan saya mampu menghasilkan satu sampai tiga kain," kata Veni.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kemdikdasmen, Tatang Muttaqin, menyampaikan bahwa program PKW Tekun Tenun merupakan implementasi program pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Menurut Tatang, pelatihan ini memfasilitasi anak putus sekolah (APS) dan juga tidak memiliki pekerjaan melalui pendidikan nonformal.

"Kerajinan lokal menjadi budaya dan tradisi yang mengajarkan para alumni untuk penguatan keterampilan sekaligus ketekunan dan kreativitas," ujar Tatang.

Lebih lanjut, Dirjen Tatang berpesan agar lulusan mampu terus beradaptasi dengan pengembangan teknologi. Di era digitalisasi, sangat penting untuk menilik media sosial sebagai upaya pemasaran serta menciptakan kreasi busana yang sesuai dengan tren saat ini.

KEYWORD :

Program Kecakapan Wirausaha Pelatihan Tenun Kemdikdasmen Ditjen PKPLK




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :