Minggu, 13/07/2025 19:40 WIB

Gejala Serangan Jantung Tak Seperti di Film, Kenali Sinyal Nyatanya Sebelum Terlambat

Menurut riset terbaru, citra “serangan jantung Hollywood” telah menyesatkan publik selama puluhan tahun.

Ilustrasi serangan jantung (Foto: Pexels: Freestocks)

Jakarta, Jurnas.com - Apa yang Anda bayangkan saat mendengar kata `serangan jantung`? Seseorang yang tiba-tiba memegangi dadanya, terjatuh, dan dikelilingi orang-orang panik? Gambaran ini memang umum—tapi keliru.

Menurut riset terbaru yang dipimpin oleh Ann Eckhardt, profesor keperawatan dari University of Texas at Arlington, citra “serangan jantung Hollywood” telah menyesatkan publik selama puluhan tahun. Alih-alih memberikan informasi yang menyelamatkan nyawa, tayangan film dan TV justru membentuk ekspektasi yang keliru dan berbahaya.

Fakta: Serangan Jantung Sering Kali Tidak Terasa Dramatis

“Serangan jantung tidak selalu datang dengan nyeri hebat seperti yang Anda lihat di film,” kata Dr. Eckhardt. “Kadang hanya berupa rasa tidak nyaman yang sulit dijelaskan.”

Gejala seperti tekanan ringan, sesak, atau rasa "tidak enak" di dada bisa jadi pertanda awal. Namun karena tidak terasa mengancam, banyak orang mengabaikannya atau menunda mencari bantuan medis—padahal setiap menit sangat berharga.

Padahal, dalam dunia medis, waktu adalah hal krusial. Semakin lama jantung kekurangan aliran darah, semakin banyak jaringan otot yang rusak. Menunda pengobatan, meski hanya beberapa jam, bisa berdampak seumur hidup.

Gejala Bisa Halus, Tidak Selalu Nyeri Tajam

Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah mengira serangan jantung selalu disertai nyeri dada hebat. Faktanya, banyak pasien hanya merasakan tekanan, sesak, atau rasa aneh yang tidak biasa. Karena sifatnya samar, gejala ini sering diabaikan.

Eckhardt dan timnya ingin mengetahui bagaimana orang menafsirkan rasa sakit di dada, dan apakah persepsi itu mempengaruhi keputusan mencari pertolongan. Ternyata, kesenjangan antara persepsi publik dan kenyataan medis cukup besar.

Laki-Laki dan Perempuan: Gejalanya Tidak Jauh Berbeda

Dalam dunia medis dulu, gejala serangan jantung dibedakan antara pria (gejala “tipikal”) dan wanita (gejala “atipikal”). Namun pendekatan itu kini mulai ditinggalkan.

“Kami berusaha keras menghindari istilah itu sekarang,” kata Eckhardt. “Gejala paling umum, baik pada pria maupun wanita, tetap berkaitan dengan dada. Perbedaan cara penyampaian inilah yang membuat banyak pasien merasa gejalanya ‘tidak sesuai’.”

Label “atipikal” membuat banyak pasien – khususnya wanita – merasa gejalanya tidak serius, dan ini justru memperlambat penanganan.

Media Populer Jadi Sumber Utama Informasi – dan Itu Masalah

Untuk mengetahui dari mana masyarakat mendapatkan pemahaman soal serangan jantung, Eckhardt dan timnya mengembangkan Chest Pain Conception Questionnaire. Hasilnya? Sekitar 75% responden mengatakan bahwa mereka tahu soal serangan jantung dari TV, film, atau media populer lainnya.

“Kita sering bilang nyeri dada adalah tanda serangan jantung. Tapi kita tidak menjelaskan seperti apa rasanya,” kata Eckhardt. “Sering kali, itu bukan nyeri yang menusuk, tapi lebih ke tekanan, sesak, atau rasa tidak enak yang susah dijelaskan.”

Gejala yang Tidak Jelas Bisa Menunda Penanganan

Karena gejalanya tidak terlihat seperti yang dibayangkan, banyak orang ragu untuk mencari pertolongan. Akibatnya, banyak pasien datang terlambat ke rumah sakit. Padahal penanganan dini bisa menyelamatkan jantung dari kerusakan permanen.

Eckhardt mendorong dokter dan tenaga medis untuk mengubah pendekatan. Pertanyaan seperti “Apakah Anda nyeri dada?” sebaiknya dilengkapi dengan “Apakah Anda merasa tekanan, ketidaknyamanan, sesak, atau rasa ganjil di dada?”

Misi yang Dimulai dari Pengalaman Pribadi

Minat Eckhardt terhadap topik ini bukan hanya soal data dan penelitian. Saat masih sekolah, kakeknya selamat dari serangan jantung berkat tindakan cepat. Pengalaman itu menjadi awal dari perjalanan panjangnya dalam bidang kesehatan jantung.

Mengubah Persepsi, Menyelamatkan Nyawa

Menghapus citra serangan jantung ala film bukan tugas mudah. Namun Eckhardt yakin, dengan riset dan edukasi publik yang lebih tepat sasaran, masyarakat bisa lebih tanggap terhadap gejala yang sebenarnya.

Setiap orang yang memahami bahwa serangan jantung tidak harus terasa menyakitkan atau dramatis, berpotensi menyelamatkan nyawa—mungkin nyawanya sendiri.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Heart & Lung. (*) Sumber: Earth

 
KEYWORD :

gejala serangan jantung tanda serangan jantung mitos serangan jantung




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :