
Ilustrasi - Perempuan sedang baca Alquran (Foto: Islam Ramah)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam lintasan sejarah manusia, belum pernah ada pemimpin yang sedemikian agung dalam memperlakukan perempuan seperti Nabi Muhammad ﷺ. Islam hadir di tengah masyarakat yang terbiasa merendahkan perempuan, namun melalui ajaran Rasulullah SAW, kedudukan mereka justru diangkat dan dimuliakan.
Nabi Muhammad SAW tidak sekadar menyampaikan ajaran yang menjunjung tinggi perempuan, tetapi beliau sendiri meneladankannya dalam seluruh aspek hidupnya. Kehadiran perempuan dalam hidup beliau bukan hanya dipandang sebagai pelengkap, melainkan sebagai mitra sejajar yang patut dihormati.
Dalam sebuah ceramah, cendekiawan Muslim ternama asal Indonesia Prof. M. Quraish Shihab menekankan bahwa perempuan harus dihormati, dijunjung tinggi, dan diempati. Menurutnya, bukan semata karena laki-laki membutuhkannya, tetapi karena perempuan adalah pusat keberlanjutan hidup dan kemanusiaan.
Ia mengingatkan bahwa tanpa perempuan, tidak akan ada kehidupan, tidak akan lahir generasi, bahkan peradaban pun tak akan pernah terbentuk. Oleh sebab itu, laki-laki yang memahami hidup secara utuh akan menghargai perempuan dengan setulus hati, demikian dikutip channel Panrita.
Rasulullah SAW pun menyampaikan bahwa memuliakan perempuan adalah tanda kemuliaan diri seseorang, sedangkan merendahkan mereka adalah tanda kehinaan akhlak. Perempuan tidak hanya perlu dihormati karena mereka adalah ibu, tapi juga karena mereka adalah pelindung dan pelengkap satu sama lain.
Allah berfirman bahwa perempuan adalah pakaian bagi laki-laki, sebagaimana laki-laki adalah pakaian bagi perempuan. Pakaian itu melindungi, memperindah, dan menutupi kekurangan—demikianlah hakikat hubungan antara dua insan yang saling membutuhkan.
Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, kesetaraan inilah yang ditegaskan Islam sejak awal, bahkan ketika dunia belum mengenal konsep hak asasi perempuan. Rasulullah ﷺ menyematkan posisi luhur itu dalam wasiat terakhirnya saat Haji Wada’ yang monumental.
Beliau bersabda sebagaimana dicatat oleh Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah:
"Wahai manusia, sesungguhnya bagi istri-istri kalian ada hak atas kalian, dan kalian juga memiliki hak atas mereka... Maka bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan perempuan, dan berpesanlah kepada mereka dengan kebaikan."
(HR. Ibnu Hisyam)
Pesan ini bukan sekadar ajakan moral, tetapi juga peringatan spiritual agar manusia memelihara hubungan dengan perempuan atas dasar kasih, tanggung jawab, dan amanah dari Allah.
Lebih dari itu, Rasulullah menyadari bahwa perempuan sering menjadi pihak yang rentan dan terlupakan. Karena itu, beliau menyampaikan bahwa perempuan adalah amanah yang diambil dengan nama Allah dan kehalalan mereka diperoleh melalui kalimat-Nya.
Dalam kehidupan keluarga, beliau tak pernah berlaku kasar. Bahkan ketika ada ketegangan, beliau menekankan bahwa teguran kepada istri haruslah dengan cara yang tidak menyakitkan dan penuh kelembutan.
Perilaku Rasulullah terhadap keluarganya mencerminkan sikap adil dan penuh kasih. Kepada putrinya Fatimah, beliau berdiri menyambut dan mencium keningnya, sebuah tindakan sederhana yang sarat makna penghormatan.
Begitu juga terhadap para istrinya, Rasulullah senantiasa menjadi teman bicara, pendengar yang baik, dan tidak segan membantu pekerjaan rumah. Hal ini menegaskan bahwa cinta dalam Islam adalah tanggung jawab yang dibangun di atas penghormatan, bukan dominasi.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
"Orang-orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik akhlak kalian adalah yang paling baik kepada perempuan."
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa memperlakukan perempuan dengan baik bukan hanya soal adab, tetapi ukuran dari kesempurnaan iman seorang muslim. Rasulullah menjadikan akhlak terhadap perempuan sebagai barometer keislaman yang sejati.
Tak hanya sebagai istri atau ibu, Islam juga memuliakan perempuan sebagai anak. Dalam hadits lain, Rasulullah memuji orang yang sabar dan berbuat baik terhadap anak perempuan.
Dikisahkan oleh Aisyah bahwa suatu hari seorang ibu datang kepadanya bersama dua anak perempuannya. Ia diberi sebutir kurma, lalu membaginya kepada kedua anaknya dan tidak menyisakan untuk dirinya sendiri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang diuji dengan anak perempuan, lalu dia memperlakukan mereka dengan baik, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini mempertegas bahwa berbuat baik kepada perempuan bukan hanya mendapat balasan kebaikan, tetapi juga menjadi pelindung dari siksa di akhirat. Dalam Islam, perempuan adalah jalan menuju keberkahan dan keselamatan.
Dengan demikian, Islam tidak hanya memberikan hak-hak dasar kepada perempuan, tetapi juga menempatkan mereka sebagai pusat perhatian dalam bangunan moral dan sosial. Mereka memiliki hak atas pendidikan, harta, pilihan, dan martabat yang tidak boleh direndahkan.
Keteladanan Nabi Muhammad ﷺ terhadap perempuan adalah bukti nyata bahwa Islam menempatkan perempuan pada posisi yang tinggi dan mulia. Beliau tidak hanya berbicara tentang hak-hak mereka, tetapi juga memperjuangkannya secara langsung melalui perbuatan.
Di tengah dunia modern yang masih memperjuangkan keadilan gender, warisan Nabi Muhammad SAW ini tetap relevan dan layak dihidupkan. Sebab, memuliakan perempuan bukan sekadar tuntutan zaman, tapi panggilan dari iman yang sejati. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Rasulullah memuliakan perempuan Islam dan perempuan hak perempuan dalam Islam