
Ilustrasi mengenal arti kata welas asih dalam bahasa Sundadan Indonesia (Foto: Doknet)
Jakarta, Jurnas.com - Kata welas asih merupakan salah satu istilah yang kaya makna dan memiliki akar budaya yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa dan Sunda. Istilah ini tidak hanya menunjukkan perasaan simpati atau empati, tetapi juga mencerminkan nilai moral dan spiritual yang dijunjung tinggi dalam hubungan antarmanusia.
Belakangan, istilah "welas asih" ramai dibicarakan setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengganti nama RSUD Al-Ihsan menjadi RSUD Welas Asih. Keputusan ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 40 Tahun 2025, tertanggal 19 Juni 2025. Perubahan ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga simbolik, mengangkat nilai lokal.
Perubahannama tersebut, bagi sebagian netizen menyebutnya sebagai bentuk pengangkatan nilai kearifan lokal. Namun, tak sedikit pula netizen menyebutnya sebagai bentuk `kurang kerjaan` atau tidak substatif. Berikut ini adalah ulasan mengenai kata "welas asih" serta bagaimana kata ini digunakan dalam bahasa Sunda dan Indonesia.
Dalam bahasa Sunda, seperti dikutip dari Kamus Sunda online, welas asih diartikan sebagai perasaan iba, cinta, kasih sayang, dan keinginan untuk mengasihi orang lain. Maknanya sangat lekat dengan karakter masyarakat Sunda yang dikenal lembut dan penuh tenggang rasa.
Karena itu, welas asih dalam budaya Sunda tidak hanya menjadi ungkapan, tetapi juga menjadi bagian dari laku hidup sehari-hari. Sikap ini tercermin dalam perilaku ramah, sopan, serta semangat untuk saling membantu dan menyokong sesama.
Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, istilah welas asih terdiri dari dua kata dasar yaitu “welas” yang berarti belas atau kasih, dan “asih” yang berarti sayang atau cinta. Jika digabungkan, keduanya menggambarkan rasa belas kasih dan cinta kasih yang mendalam kepada sesama manusia.
Menurut Pustaka Digital Indonesia, welas asih memiliki banyak padanan makna, mulai dari iba, simpati, sayang, hingga tersentuh dan trenyuh. Setiap kata ini menggambarkan nuansa emosi yang berbeda namun tetap berpangkal pada kepekaan hati terhadap penderitaan orang lain.
Secara etimologis, welas asih diyakini memiliki akar dari bahasa Jawa dan Sunda kuno. Dalam khazanah sastra maupun lisan masyarakat tradisional, istilah ini telah lama digunakan untuk menggambarkan sikap empatik, penuh cinta, dan kelembutan hati dalam hubungan antarmanusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, welas asih dijelaskan sebagai bentuk kasih yang penuh kelembutan dan empati. Contohnya bisa ditemukan dalam kehidupan nyata, seperti cara seorang ibu memelihara anak-anak asuh di panti dengan penuh ketulusan.
Dengan demikian, welas asih bukan hanya kata sifat, tetapi mencerminkan nilai sosial yang berfungsi memperkuat hubungan antarmanusia. Dalam masyarakat Indonesia, nilai ini menjadi dasar dari sikap gotong royong, saling tolong, dan rasa senasib sepenanggungan.
Nilai welas asih juga menjadi bagian penting dari identitas budaya yang terus dijaga dan diwariskan lintas generasi. Masyarakat yang menjunjung welas asih cenderung lebih terbuka, peduli, dan mampu menciptakan lingkungan sosial yang harmonis.
Oleh karena itu, memahami arti welas asih tidak cukup hanya dengan menerjemahkan katanya, tetapi juga dengan menghidupkannya dalam praktik sehari-hari. Dalam suasana sosial yang sering kali penuh ketegangan dan jarak, welas asih menjadi pengingat bahwa kepedulian masih merupakan fondasi utama kehidupan bersama.
Sebagai informasi, Rumah sakit Al-Ihsan yang kini berganti nama menjadi Welas Asih sendiri berlokasi di jalan utama Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Pembangunannya dimulai dengan peletakan batu pertama pada 11 Maret 1993, dan proses pendiriannya dilanjutkan oleh Yayasan Al Ihsan yang berdiri pada Januari 1995.
Dikutip dari berbagai sumber, operasional rumah sakit ini resmi dimulai pada 12 November 1995, yang kemudian menjadi bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan utama di wilayah Bandung Selatan. Pada tahun 2004, kepemilikan rumah sakit ini beralih menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Seiring dengan perkembangan sistem pelayanan, pada tahun 2009 rumah sakit ini menerapkan pola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). (*)
KEYWORD :Arti Welas Asih Dedi Mulyadi Rumah Sakit