
Ilustrasi Hari Populasi Sedunia (Foto: RRI)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 11 Juli, dunia memperingati Hari Populasi Sedunia atau World Population Day. Inisiatif ini digagas oleh Dewan Pengurus Program Pembangunan (UNDP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1989 sebagai pengingat pentingnya kesadaran akan isu-isu kependudukan global. Peringatan ini juga menyoroti keterkaitan erat antara jumlah penduduk, pembangunan berkelanjutan, dan kelestarian lingkungan.
Dikutip dari berbagai sumber, gagasan peringatan ini pertama kali muncul dari Dewan Pengurus UNDP PBB setelah dunia mencatat momen bersejarah “Hari Lima Miliar” pada 11 Juli 1987. Saat itu, populasi global diperkirakan mencapai lima miliar jiwa, memunculkan kesadaran baru akan laju pertumbuhan penduduk yang cepat.
Majelis Umum PBB kemudian secara resmi menetapkan Hari Populasi Sedunia melalui resolusi pada 1990, dan sejak itu dirayakan di lebih dari 90 negara. Dari tahun ke tahun, peringatan ini menjadi ruang diskusi global mengenai tantangan dan solusi kependudukan.
Dikutip dari laman United Nations, tahun 2025, tema yang diangkat adalah “Empowering Young People to Create the Families They Want in a Fair and Hopeful World.” Tema ini menyoroti pentingnya peran generasi muda yang saat ini merupakan populasi terbesar dalam sejarah umat manusia.
Namun, meski menjadi aktor kunci masa depan, anak muda di banyak negara menghadapi hambatan besar untuk membangun kehidupan yang layak. Ketidakamanan ekonomi, kesenjangan gender, dan terbatasnya akses terhadap layanan dasar menjadi tantangan utama.
Laporan terbaru Dana Kependudukan PBB (UNFPA) menunjukkan bahwa banyak anak muda tidak bisa memiliki jumlah anak yang mereka inginkan. Hal ini bukan karena pilihan, tetapi karena adanya batasan sosial, kesehatan, dan ekonomi yang menghambat keputusan mereka.
Paradoksnya, meski tingkat kesuburan dunia menurun, populasi global masih terus bertambah dan diperkirakan mencapai lebih dari 10 miliar pada 2100. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan angka harapan hidup dan masih tingginya jumlah penduduk usia produktif.
Sementara itu, tren urbanisasi dan migrasi global juga mempercepat perubahan demografis. Tahun 2007 menjadi titik balik ketika populasi perkotaan untuk pertama kalinya melampaui penduduk pedesaan.
Di balik laju pertumbuhan tersebut, terdapat ancaman serius terhadap lingkungan dan sistem sosial yang ada. Ketimpangan dalam akses pendidikan, kesehatan, dan perumahan menjadi semakin mencolok di tengah laju pertambahan jumlah penduduk.
Selain itu, isu perubahan iklim juga memperburuk kondisi negara-negara dengan pertumbuhan penduduk tertinggi, seperti di kawasan Sahel. Wilayah-wilayah ini justru memiliki emisi karbon paling rendah, namun menanggung dampak paling berat dari krisis iklim.
Dikutip dari laman Population Connection, keterkaitan antara pertumbuhan populasi dan kerusakan lingkungan juga terlihat jelas dari sisi biodiversitas. Aktivitas manusia yang meluas ke habitat alami menyebabkan sekitar satu juta spesies terancam punah akibat perusakan habitat dan eksploitasi berlebihan.
Dengan demikian, memperlambat pertumbuhan populasi melalui pendekatan manusiawi menjadi semakin mendesak. Akses terhadap kontrasepsi modern dan pemberdayaan perempuan terbukti menjadi strategi paling efektif dan berkelanjutan.
Sayangnya, masih ada sekitar 218 juta perempuan di negara berkembang yang belum mendapatkan akses tersebut. Padahal, memenuhi kebutuhan ini hanya membutuhkan investasi sekitar $10,60 per orang per tahun—angka yang kecil dibanding dampaknya yang sangat besar.
Selama ini, pembahasan soal populasi sering dihindari karena kekhawatiran akan kebijakan koersif di masa lalu. Namun kini, pendekatannya berfokus pada pemenuhan hak, kebebasan reproduksi, dan keadilan sosial.
Anak muda harus dilibatkan dalam semua perencanaan karena mereka yang akan mewarisi dunia ini. Seperti yang dikatakan seorang aktivis muda dalam laporan UNFPA, mereka tidak hanya berpikir soal punya anak, tapi juga tentang dunia tempat anak-anak itu akan tumbuh.
Peringatan Hari Populasi Sedunia tahun ini menjadi pengingat bahwa isu kependudukan bukan sekadar soal jumlah, tetapi soal kualitas hidup, pilihan, dan keberlanjutan. Dunia yang adil dan penuh harapan hanya dapat tercapai jika anak muda diberi ruang, hak, dan sarana untuk membentuk masa depan mereka sendiri. (*)
KEYWORD :Hari Populasi Sedunia 11 Juli Peringatan hari populasi 2025