Jum'at, 11/07/2025 04:02 WIB

Tekan Risiko Bencana, BMKG dan BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca 24 Jam di Jabodetabek

Operasi ini bukan hanya bertujuan mencegah bencana, tetapi juga menekan eskalasi dampaknya dan mempercepat proses penanganan di lapangan. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan

Ilustrasi cuaca ekstrem (Foto: Doknet)

Jakarta, Jurnas.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengintensifkan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk meminimalisir risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). 

Hal ini dilakukan karena dalam beberapa hari terakhir hujan dengan intensitas ringan hingga lebat membasahi dan berdampak terhadap langsung pada kehidupan masyarakat. 

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menjelaskan, OMC kali ini dilakukan selama 24 jam nonstop sejak 7 Juli 2025 langsung dari Pos Komando Operasi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. 

Kegiatan OMC ini merupakan bagian dari upaya strategis pemerintah dalam membangun kapasitas nasional modifikasi cuaca, melalui sinergi lintas lembaga serta pelibatan sektor swasta. 

“Operasi ini bukan hanya bertujuan mencegah bencana, tetapi juga menekan eskalasi dampaknya dan mempercepat proses penanganan di lapangan. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan,” kata Seto di Jakarta, Kamis (10/7).

Hingga 10 Juli 2025, telah dilakukan 18 sorti penerbangan oleh dua operator, yaitu PT Alkonost dan PT Makson. Operasi tersebut berhasil menyemai 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO) ke dalam sistem awan yang berpotensi memicu hujan ekstrem.

Adapun pelaksanaan operasi sempat terkendala oleh cuaca buruk di sekitar bandara pada hari pertama, namun dapat segera diatasi melalui penambahan armada pesawat oleh BNPB. Sejak tanggal 8 Juli, operasi berjalan optimal dan mulai menunjukkan penurunan intensitas hujan di beberapa wilayah target, khususnya Jabodetabek.

“Modifikasi cuaca adalah upaya ilmiah berbasis data untuk meredam dampak cuaca ekstrem. Ini bukan lagi kegiatan eksperimental, tetapi bagian dari strategi nasional mitigasi bencana,” ujarnya. 

Di sisi lain, pelaksanaan OMC dilakukan berdasarkan pemodelan cuaca numerik dan prediksi atmosfer real-time yang diperbarui secara berkala oleh BMKG. Evaluasi harian dilakukan untuk menentukan efektivitas operasi, serta untuk memberikan masukan teknis kepada BNPB dalam merumuskan kebutuhan lanjutan.

BMKG menekankan pentingnya pemahaman karakteristik wilayah dalam mengantisipasi dampak hujan. Di daerah dengan sistem drainase dan resapan baik, hujan dengan intensitas tinggi dapat tertangani. Namun di wilayah urban seperti Jabodetabek, intensitas serupa dapat memicu banjir dalam waktu singkat.

Sementara itu, Direktur Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo mencatat pertumbuhan awan konvektif masih aktif terjadi, terutama pada sore hari, akibat kondisi atmosfer yang basah dan penguapan yang tinggi. Oleh karenanya, tim terus memantau secara visual maupun dengan radar pergerakan awan-awan tersebut, khususnya di wilayah utara Jawa seperti Jakarta, Karawang, dan Bekasi.

“Jika awan-awan berpotensi hujan terbentuk di atas laut dan terdeteksi bergerak ke daratan, penyemaian akan dilakukan di laut terlebih dahulu agar hujan turun sebelum mencapai wilayah padat penduduk,” ujarnya.

Hari ini, kegiatan sorti tetap dijalankan dengan pendekatan adaptif, mengikuti dinamika atmosfer. BMKG juga mencatat bahwa mulai 12 Juli 2025 diprediksi akan terjadi peningkatan kembali potensi hujan, setelah tren penurunan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Adapun seluruh pendanaan pelaksanaan OMC kali ini ditanggung oleh BNPB, sementara BMKG bertanggung jawab atas pemberian rekomendasi teknis, pendampingan ilmiah, serta pengawasan operasional di lapangan, untuk memastikan pelaksanaan berjalan akurat dan efektif.

Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Agus Riyanto menjelaskan untuk mendukung proses OMC, BNPB memberikan dukungan dua unit pesawat. Kedua pesawat ini digunakan untuk menyemai awan oleh kru yang bertugas.

Sementara Kapusdatin BNPB Abdul Muhari menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah operasi kolaboratif. Pendanaan melalui BNPB, dan BMKG berperan dalam memberikan masukan dan rekomendasi teknis selama operasi.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan aktif mengakses informasi resmi. Dengan informasi yang akurat dan terkini, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil langkah mitigasi mandiri secara tepat.

KEYWORD :

BMKG BNPB Modifikasi Cuaca Risiko Bencana Jabodetabek




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :