
Sorgum, salah satu tanaman hemat air (Foto: Pusaka Indonesia)
Jakarta, Jurnas.com - Tidak semua tanaman bereaksi sama saat menghadapi kekeringan. Sebagian layu dalam hitungan hari, tapi ada yang tetap tegak dan tumbuh stabil meski hampir tanpa air.
Tanaman-tanaman ini dikenal sebagai tanaman hemat air, yang kini menjadi fokus riset global dalam mengantisipasi perubahan iklim. Mereka mampu bertahan hidup dengan efisien menggunakan air yang terbatas melalui berbagai mekanisme adaptasi.
Strategi Tanaman Menghemat Air
Menurut Kelly Caylor, profesor dari UC Santa Barbara, tanaman memiliki strategi bertahan hidup yang jauh lebih kompleks daripada yang selama ini diperkirakan. Mereka tidak sekadar tahan kering, melainkan memiliki mekanisme adaptasi alami, demikian dikutip Earth.
Tanaman hemat air tidak sekadar tahan kering, melainkan mengadopsi beberapa strategi bertahan hidup. Mereka menutup stomata lebih cepat untuk mengurangi penguapan, memiliki akar yang dalam atau menyebar luas guna menyerap air dari lapisan tanah yang lebih dalam, dan menjalankan fotosintesis pada malam hari lewat metabolisme CAM.
Struktur daun yang tebal dan berlilin juga berperan penting dalam mengurangi kehilangan air, sehingga tanaman ini tetap hidup dan berfungsi baik dalam kondisi minim air.
Contoh Tanaman Hemat Air Populer
Beberapa tanaman yang terkenal hemat air dan sering digunakan dalam berbagai sektor meliputi kaktus, lidah mertua, aloe vera, agave, dan euphorbia sebagai tanaman hias dan lanskap urban. Untuk tanaman pangan, sorgum, millet, ubi jalar, beberapa varietes padi seperti padi gogo atau huma, dan kacang hijau mampu bertahan di lahan kering dan musim kemarau panjang.
Tanaman seperti jarak pagar, akasia, dan sengon efektif untuk perkebunan dan reboisasi di lahan kritis. Tanaman penutup tanah seperti vetiver dan rumput zoysia juga tahan kekeringan dan cocok untuk konservasi serta lanskap kota.
Peran Tanaman Hemat Air dalam Model Iklim
Selama ini, model iklim mengasumsikan semua tanaman merespons kekeringan secara seragam. Penelitian terbaru dari UC Santa Barbara dan San Diego State University menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki karakteristik unik dalam menggunakan air.
Dengan data kelembapan tanah dari satelit NASA SMAP, para ilmuwan menciptakan model iklim yang mempertimbangkan apakah tanaman termasuk tipe boros air atau hemat air. Model ini memudahkan prediksi kekeringan lebih akurat, perencanaan pertanian dan kehutanan yang efisien, serta pengelolaan risiko kebakaran hutan dan irigasi.
Manfaat Tanaman Hemat Air untuk Masa Depan
Menurut Ryoko Araki, tanaman yang mampu mengatur penggunaan air dengan bijak menunjukkan kecerdasan ekologis yang patut diteladani. Pemahaman ini penting bukan hanya untuk petani, tetapi juga bagi urban farming, reboisasi, konservasi, dan pembangunan infrastruktur hijau di perkotaan. Di tengah krisis air dan perubahan iklim, tanaman hemat air menjadi simbol efisiensi dan keberlanjutan, membuka jalan bagi masa depan yang lebih tangguh dan adaptif. (*)
KEYWORD :Tanaman Hemat Air jenis tanaman hemat air tanaman tahan kekeringanpemanasan global