
Ilustrasi - Bukan Cuma Manusia, Simpanse Juga Suka Ikut Tren (Foto: Pexels/Timon Cornelisssen)
Jakarta, Jurnas.com - Bukan hanya manusia yang suka ikut-ikutan tren aneh. Di sebuah suaka margasatwa di Zambia, sekelompok simpanse memperlihatkan perilaku unik yang tak ada hubungannya dengan bertahan hidup: mereka saling meniru dengan menyelipkan bilah rumput ke telinga dan bokong. Fenomena ini bukan candaan belaka—peneliti menyebutnya sebagai bentuk awal dari budaya sosial hewan non-manusia.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Behaviour ini memperkuat gagasan bahwa simpanse memiliki kapasitas untuk meniru perilaku tak berguna secara fungsional, mirip dengan manusia yang mengikuti tren mode atau tantangan viral tanpa alasan jelas.
Tren Tak Berguna Tapi Menular
Perilaku ini pertama kali diamati pada tahun 2010, saat seekor simpanse betina bernama Julie di Chimfunshi Wildlife Orphanage mulai menyelipkan rumput ke telinganya. Tanpa ada manfaat nyata, tujuh anggota kelompoknya ikut meniru. Uniknya, kebiasaan itu tetap hidup bahkan setelah Julie mati.
Bertahun-tahun kemudian, kelompok lain—yang tak pernah kontak dengan kelompok Julie—memunculkan tren serupa. Kali ini, ada tambahan: rumput diselipkan ke bokong dan dibiarkan menggantung. Para ilmuwan menyebutnya “grass-in-rectum behavior”.
“Ini bukan tentang rumputnya, tapi tentang siapa yang melakukannya dan siapa yang meniru,” kata Edwin van Leeuwen dari Utrecht University. “Seperti manusia, simpanse tampaknya juga meniru hanya karena melihat yang lain melakukannya.”
Bukti Budaya Sosial dalam Dunia Hewan
Melalui metode analisis penyebaran sosial (Network-Based Diffusion Analysis), para peneliti menemukan bahwa lebih dari 80% simpanse yang mempraktikkan perilaku ini menirunya dari individu lain dalam kelompok. Dan ya, mereka melakukannya tanpa paksaan, tanpa imbalan, dan tanpa alasan evolusioner yang jelas.
Faktor sosial tampak dominan: simpanse yang punya kedekatan sosial atau status lebih rendah cenderung meniru perilaku anggota yang lebih dominan. Bahkan simpanse pendatang baru di kelompok itu juga ikut-ikutan dalam beberapa bulan.
Apakah Ini Cerminan Perilaku Manusia?
Para peneliti tidak menutup kemungkinan bahwa kebiasaan manusia ikut mempengaruhi. Para penjaga kadang membersihkan telinga mereka sendiri dengan rumput di depan simpanse. Hal ini bisa menjadi pemicu awal inspirasi bagi kelompok simpanse pertama.
Namun ada yang lebih menarik: di alam liar, kebiasaan seperti ini tidak ditemukan. Artinya, lingkungan penangkaran—dengan tekanan hidup yang lebih ringan dan lebih banyak waktu luang—memberi ruang bagi simpanse untuk "bereksperimen" secara sosial.
Tren Aneh, Tapi Bisa Bermakna
Meskipun terlihat tidak berguna, para ilmuwan percaya ada potensi makna sosial di balik perilaku ini. Dengan meniru, simpanse bisa menunjukkan rasa hormat, membangun ikatan, atau memperkuat posisi sosial dalam kelompok.
“Meniru bisa menjadi sinyal sosial: ‘Saya memperhatikanmu, saya bagian dari kelompok ini,’” kata Van Leeuwen.
Membuka Babak Baru Studi Budaya Hewan
Studi ini menantang anggapan lama bahwa budaya hanyalah milik manusia. Ia membuka pintu bagi pemahaman baru bahwa hewan, khususnya primata besar, punya kapasitas untuk menciptakan dan meneruskan budaya—termasuk yang tampaknya tidak punya fungsi langsung.
Jake Brooker dari Durham University menyimpulkan: “Yang penting bukan apakah rumput itu berguna atau tidak, tapi bahwa mereka menirunya. Dan itu menunjukkan akar budaya yang lebih dalam dari yang kita kira.” (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Tren aneh budaya simpanse perilaku sosial hewan penelitian simpanse Zambia