Rabu, 09/07/2025 21:13 WIB

Ekspor Minyak Atsiri Tembus USD259 Juta, RI Peringkat ke-8

Ekspor minyak atsiri asal Indonesia terus mengalami peningkatan, didorong oleh kekayaan hayati yang melimpah dan warisan pengetahuan lokal yang telah terbentuk selama berabad-abad.

Inspektur Jenderal Kemenperin, M. Rum melihat pameran minyak atsiri (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Ekspor minyak atsiri asal Indonesia terus mengalami peningkatan, didorong oleh kekayaan hayati yang melimpah dan warisan pengetahuan lokal yang telah terbentuk selama berabad-abad.

Dari 97 jenis tanaman atsiri yang dikenal di dunia, sekitar 40 jenis tumbuh subur di Indonesia, dan setidaknya 25 jenis telah dibudidayakan secara komersial seperti nilam, sereh wangi, cengkeh, pala, hingga kenanga.

Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian, M. Rum mengatakan, pada 2024, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai USD259,54 juta, dengan minyak nilam sebagai komoditas utama yang menyumbang 54 persen atau senilai USD141,32 juta.

Produk atsiri lain seperti minyak cengkeh, pala, cendana, dan sereh wangi, juga turut menopang ekspor nasional.

Industri minyak atsiri ini tersebar luas di berbagai daerah dari Aceh hingga Papua, dengan didukung lebih dari 3.000 unit penyulingan, dan menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja, yang mayoritas digeluti oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM). Adapun total kapasitas produksi nasional mencapai 26.398 ton per tahun.

"Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal pemberdayaan masyarakat," kata M. Rum dalam keterangannya pada Rabu (9/7).

Secara global, Indonesia menduduki peringkat ke-8 eksportir minyak atsiri dunia, dengan kontribusi sebesar 4,12 persen terhadap pasar global. Namun demikian, sebagian besar produk yang diekspor masih berupa bahan baku mentah.

"Oleh karena itu, pentingnya penguatan hilirisasi sebagai strategi kunci untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri dalam negeri," dia menambahkan.

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan, tren global saat ini menunjukkan peningkatan permintaan terhadap produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan.

Industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, hingga health and wellness menjadi pasar potensial yang terus tumbuh, dengan nilai pasar global yang meningkat 10 persen pada 2024.

"Komoditas seperti nilam dan cengkeh dari Indonesia telah menjadi bagian penting dalam industri parfum dan gaya hidup sehat dunia," kata Putu.

Namun demikian, tantangan masih dihadapi pelaku industri minyak atisiri dalam negeri, seperti terbatasnya diversifikasi produk hilir, ketersediaan bahan baku berstandar, akses pasar global yang terbatas, serta kebutuhan penguatan SDM.

KEYWORD :

Kementerian Perindustrian Kemenperin Minyak Atsiri




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :