
Ilustrasi bulan Muharram (Foto: YPSA)
Jakarta, Jurnas.com - Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan dalam Islam. Sebagai salah satu dari empat bulan yang dimuliakan, Muharram menyimpan banyak peluang amal yang berpahala besar.
Salah satu di antaranya ialah puasa Ayyamul Bidh, yaitu puasa tiga hari di pertengahan bulan Hijriah. Pada bulan Muharram 1447 H, puasa sunnah ini jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15 yang bertepatan dengan 9, 10, dan 11 Juli 2025.
Ayyamul Bidh berarti “hari-hari putih”, merujuk pada malam-malam yang diterangi cahaya bulan purnama. Istilah ini juga terkait dengan kisah Nabi Adam AS yang berpuasa pada malam-malam tersebut untuk memulihkan kulitnya yang terbakar sinar matahari.
Diriwayatkan bahwa tubuh beliau kembali cerah setelah rutin menjalankan puasa tiga hari setiap bulan. Inilah asal muasal sebutan "Ayyamul Bidh", karena puasa tersebut menjadi simbol pembersihan jiwa dan raga.
Di sisi lain, malam-malam pada tanggal tersebut memang sangat terang karena cahaya rembulan. Inilah yang secara alamiah membuat tanggal 13, 14, dan 15 Hijriah disebut sebagai hari-hari putih.
Muharam, Bulan Duka atau Bahagia?
Puasa Ayyamul Bidh termasuk amalan sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Beliau sendiri menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan ibadah bulanan yang terus dijaga.
Dalam sebuah hadis disebutkan:
"Kekasihku (Nabi Muhammad SAW) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: berpuasa tiga hari setiap bulan, melaksanakan shalat dhuha dua rakaat, dan shalat witir sebelum tidur."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis lain menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tetap menjalankan puasa Ayyamul Bidh meski sedang dalam perjalanan. Ini menegaskan betapa penting dan kuatnya anjuran atas amalan ini.
"Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata bahwa Nabi SAW sering berpuasa pada hari-hari yang malamnya cerah, baik saat di rumah maupun ketika bepergian."
(HR. An-Nasa’i)
Di hadis lain, Rasulullah SAW juga mendorong para sahabat untuk melaksanakan puasa ini. Tiga hari tersebut disebut sebagai hari yang penuh cahaya dan keberkahan.
"Rasulullah SAW biasa memerintahkan kami untuk berpuasa pada malam-malam yang terang, yaitu tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan."
(HR. An-Nasa’i)
Keutamaan puasa Ayyamul Bidh bukan hanya dalam keberkahan waktunya. Tetapi juga dalam ganjaran pahala yang sangat besar.
"Puasa tiga hari dalam setiap bulan itu seperti puasa sepanjang tahun."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap satu hari puasa akan diganjar sepuluh kali lipat. Maka tiga hari setara dengan pahala tiga puluh hari, seperti berpuasa sebulan penuh.
Selain itu, dalam hadis qudsi Allah SWT berfirman:
"Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Pahala yang dijanjikan bukan hanya berkaitan dengan amal fisik. Namun juga terkait keikhlasan dan ketulusan niat seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk menjalankan puasa ini, umat Islam disunnahkan membaca niat sebelum fajar. Niat menjadi syarat sahnya ibadah puasa dan menjadi pembeda antara ibadah dan kebiasaan biasa.
نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaytu shauma ayyâmil bîḍ lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa Ayyamul Bidh karena Allah Ta‘ala.
Puasa Ayyamul Bidh di bulan Muharram juga membawa makna khusus karena bertepatan dengan awal tahun hijriah. Ini menjadi waktu terbaik untuk memperbarui niat dan membuka lembaran baru kehidupan.
Awal tahun adalah momen refleksi dan muhasabah atas segala yang telah dilakukan. Maka menjalankan puasa di hari-hari putih bisa menjadi simbol hijrah dan penyucian diri.
Muharram sendiri disebut sebagai bulan Allah, yang artinya waktu-waktu di dalamnya sangat disukai oleh Allah SWT. Maka amal ibadah di dalamnya akan memiliki bobot pahala yang lebih besar dibandingkan bulan biasa.
Selain nilai spiritualnya, puasa ini juga membawa manfaat bagi kesehatan jasmani dan emosi. Puasa membantu proses detoksifikasi alami, meningkatkan fokus, serta menyeimbangkan metabolisme tubuh.
Dalam jangka panjang, puasa sunah seperti Ayyamul Bidh dapat memperbaiki sistem pencernaan dan menjaga keseimbangan hormon. Selain itu, ia juga melatih kesabaran dan pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berpuasa di pertengahan Muharram, umat Islam bukan hanya menjalankan sunah Rasulullah SAW. Tapi juga sedang mempersiapkan diri secara spiritual menuju bulan-bulan besar seperti Rajab, Sya`ban, dan Ramadan.
Puasa ini juga menjadi latihan ringan namun konsisten untuk membentuk disiplin diri. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, tiga hari puasa bisa menjadi oase untuk kembali pada ketenangan hati.
Setelah menyelesaikan puasa Ayyamul Bidh, dianjurkan untuk menutupnya dengan doa dan rasa syukur. Doa menjadi bentuk pengakuan atas segala nikmat serta harapan agar amal diterima dan diberi keberkahan.
Dengan menjalani puasa Ayyamul Bidh Muharram 2025, kita tidak hanya menghidupkan sunah. Tapi juga membuka pintu-pintu pahala tak terbatas dari sisi Allah SWT. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Puasa Ayyamul Bidh Bulan Muharram Juli 2025 Amalan Muharram