Senin, 07/07/2025 21:18 WIB

Kenapa Waktu Terasa Semakin Cepat Saat Kita Menua? Ilmuwan Ungkap Alasannya

Tapi kenapa waktu terasa makin melesat seiring bertambahnya usia? Ilmuwan kini punya jawaban yang menarik, dan penjelasannya jauh dari sekadar perasaan subjekti

Ilustrasi waktu cepat berlalu (Foto: Pexels/Jordan Benton)

Jakarta, Jurnas.com - “Rasanya baru kemarin Tahun Baru, kok sudah Juli lagi?” Kalimat seperti itu mungkin sering kita dengar dari orang tua—atau bahkan kita sendiri ucapkan.

Tapi kenapa waktu terasa makin melesat seiring bertambahnya usia? Ilmuwan kini punya jawaban yang menarik, dan penjelasannya jauh dari sekadar perasaan subjektif.

Otak Kita Mengukur Waktu dengan “Kenangan”

Menurut Dr. Marc Wittmann, psikolog dari Institute for Frontier Areas of Psychology and Mental Health (IGPP), persepsi waktu sangat terkait erat dengan bagaimana otak merekam pengalaman. Semakin banyak hal baru yang kita alami, semakin padat catatan kenangan kita—dan semakin panjang waktu itu terasa dalam ingatan.

Anak-anak, yang hidupnya penuh “pertama kali” — pertama naik sepeda, pertama tidur di rumah teman, pertama belajar perkalian — mengalami hari yang penuh kejutan. Otak mereka sibuk menandai peristiwa baru, menciptakan rekaman yang detail.

Sebaliknya, orang dewasa cenderung menjalani rutinitas: bangun, kerja, makan malam, tidur—ulang dari awal. Akibatnya, otak mencatat lebih sedikit momen, dan waktu terasa lewat begitu saja.

Novelty = Perpanjang Waktu

Sebuah studi dengan realitas virtual pada 2024 menemukan bahwa orang dewasa cenderung mengira waktu berjalan lebih lambat dari kenyataannya, karena otak mereka merekam lebih sedikit peristiwa baru.

Hal ini juga berlaku dalam kehidupan nyata. Orang yang menjalani rutinitas tetap merasa hari-hari spesial seperti Lebaran atau Natal datang lebih cepat tiap tahunnya. Sebaliknya, mereka yang aktif mencoba hal-hal baru — seperti memasak resep baru, ikut kelas tari, atau sekadar menjajal rute jalan kaki yang berbeda — melaporkan waktu terasa lebih “penuh”.

Faktor Fisik: Otak yang Menjadi Lebih Lambat

Seiring bertambahnya usia, kecepatan otak memproses informasi juga melambat. Jalur saraf yang dulunya “lancar jaya” kini harus bekerja ekstra. Otak jadi mengambil lebih sedikit "sampel" per detik dari dunia di sekitarnya, membuat waktu subjektif terasa lebih cepat.

Hal ini bahkan tampak dari gerakan mata. Anak-anak melakukan lebih banyak fixation — yaitu saat mata berhenti sebentar untuk mengambil gambar dari lingkungan. Orang dewasa yang lelah atau menua memiliki lebih sedikit fixation per menit. Akibatnya, “film harian” mereka lebih tipis—dan cepat selesai.

Kurang Tidur, Waktu Tambah Kabur

Tidur yang cukup tidak hanya penting untuk kesehatan, tapi juga memperlambat waktu. Ketika otak beristirahat, ia mampu memproses dan merekam pengalaman dengan lebih baik. Sebaliknya, kurang tidur — seperti begadang atau maraton media sosial — memperburuk persepsi waktu.

Dopamin, zat kimia di otak yang mengatur motivasi dan persepsi waktu, juga menurun saat kita kurang tidur, membuat hari-hari terasa seperti blur.

Media Sosial: Banyak Konten, Sedikit Memori

Meski feed media sosial tampak tak ada habisnya, algoritma seringkali menyuguhkan konten serupa. Otak menganggap pengalaman itu repetitif dan tidak layak dicatat. Akibatnya, kita bisa menghabiskan dua jam scrolling tanpa merasa telah melakukan apa pun.

Kurangnya pengalaman bermakna = semakin sedikit kenangan = waktu terasa makin singkat.

Kuncinya, Bikin Otak Aktif Lagi

Berita baiknya, ada cara sederhana untuk memperlambat waktu subjektif di antaranya ialah tidur cukup sekitar 7-9 jam per malam, menjaga kualitas tidur dan menambahkan satu aktivitas baru setiap minggu yang bisa menggugah rasa ingin tahu.

Kuncinya bukan melakukan hal besar, tapi menciptakan momen kecil yang membuat otak berhenti dan mencatat. Bahkan jalan kaki ke arah berbeda atau memperhatikan suara baru di sekitar bisa menambah halaman dalam “buku waktu” kita.

Dengan terus menghadirkan pengalaman yang segar, kita memperkaya kenangan dan memperpanjang persepsi waktu.

Penelitian lengkap dipublikasikan di jurnal European Review. Sumber: Earth (*)

KEYWORD :

kenapa waktu terasa cepat persepsi waktu otak dan waktu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :