
Amex Stadium, stadion kandang milik Brighton and Hove Albion (Foto: Brighton Official)
Jakarta, Jurnas.com - Di era modern, stadion dianggap sebagai simbol kekuatan dan profesionalisme klub. Namun beberapa tim justru menulis sejarah meski tak punya kandang tetap. Mereka membuktikan bahwa prestasi tak selalu bergantung pada infrastruktur.
Salah satu kisah paling inspiratif datang dari Brighton & Hove Albion. Setelah menjual Goldstone Ground pada 1997, mereka sempat bermain di stadion Gillingham selama dua musim. Perjalanan tersebut penuh rintangan, termasuk perjalanan tandang sepanjang 70 mil hanya untuk bermain di Gillingham.
Tak berhenti di situ, Brighton kemudian menempati Withdean Stadium, sebuah lapangan atletik yang tidak ideal untuk pertandingan profesional. Namun di tempat seadanya itulah mereka bangkit dan meraih promosi ke divisi yang lebih tinggi dua kali berturut-turut pada awal 2000-an.
Manajemen klub saat itu fokus pada perencanaan jangka panjang. Mereka menggandeng komunitas lokal, mencari dana pembangunan stadion baru, dan tetap memperkuat tim secara bertahap. Hasilnya, Falmer Stadium (Amex Stadium) akhirnya diresmikan pada 2011.
Kisah serupa pernah terjadi pada Queens Park di Skotlandia. Klub tertua di negara itu sempat bermain di stadion kecil bernama Lesser Hampden karena tidak punya hak penuh atas Hampden Park. Meski begitu, mereka masih tampil konsisten di kasta profesional.
Di Eropa Timur, Shakhtar Donetsk sempat menjadi tim pengungsi akibat konflik militer di Ukraina. Mereka tidak memiliki stadion tetap sejak 2014, namun tetap tampil di Liga Champions dan meraih gelar domestik berulang kali.
Keberhasilan klub-klub ini bukan semata hasil teknis, melainkan buah dari kekompakan manajemen, ketahanan mental pemain, serta loyalitas fans. Mereka menjadi contoh bahwa semangat dan strategi bisa menutupi keterbatasan fasilitas.
Klub tanpa Stadion Brighton and Hove Albion Fakta Unik Sepak Bola