
Hari Zoonosis Sedunia (Foto: Disnak Jatim)
Jakarta, Jurnas.com - 6 Juli diperingati sebagai Hari Zoonosis Sedunia (World Zoonoses Day), momen penting untuk meningkatkan kesadaran global akan bahaya penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Meski sering tidak disadari, ancaman ini nyata dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Apa Itu Zoonosis?
DIkutip dari laman WHO dan Ditjen PKH Kementan RI, zoonosis adalah penyakit infeksius yang melibatkan penularan dari hewan ke manusia, baik melalui kontak langsung, makanan, air, maupun lingkungan yang terkontaminasi. Patogen penyebabnya bisa berupa virus, bakteri, parasit, atau jamur.
Beberapa contoh penyakit zoonosis yang dikenal luas antara lain rabies, flu burung, Ebola, virus West Nile, salmonella, dan leptospirosis.
Penyakit ini tidak hanya disebabkan oleh satu jenis patogen, melainkan bisa berasal dari virus, bakteri, parasit, hingga jamur. Oleh karena itu, cara penularannya pun sangat beragam dan seringkali sulit dikenali sejak awal.
Yang membuatnya semakin mengkhawatirkan, lebih dari 60 persen penyakit menular pada manusia berasal dari hewan. Bahkan sekitar 75 persen penyakit menular baru juga diketahui bermula dari hewan.
Data ini diperkuat oleh temuan CDC dan WOAH yang menunjukkan bahwa tiga dari lima penyakit baru yang muncul setiap tahun juga berakar dari hewan. Artinya, risiko penularan zoonosis terus meningkat seiring tingginya interaksi manusia dan hewan.
Sejarah Hari Zoonosis Sedunia
Dikutip dari laman Days of The Year, peringatan Hari Zoonosis Sedunia sendiri merujuk pada peristiwa medis penting yang terjadi pada 6 Juli 1885. Saat itu, ilmuwan Prancis Louis Pasteur berhasil menyelamatkan seorang anak laki-laki dengan menyuntikkan vaksin rabies pertama di dunia.
Keberhasilan ini menjadi tonggak lahirnya pendekatan ilmiah dalam mencegah penyakit zoonotik dan menjadi dasar diperingatinya Hari Zoonosis Sedunia.
Mengapa Hari Zoonosis Penting?
Dengan terus meningkatnya interaksi antara manusia, hewan, dan lingkungan — ditambah ancaman perubahan iklim dan deforestasi — risiko penularan zoonosis makin besar. Terlebih, praktik penggunaan antibiotik secara berlebihan di peternakan juga berkontribusi pada munculnya superbug, patogen yang kebal terhadap pengobatan. Zoonosis tidak hanya persoalan kesehatan hewan, tapi juga krisis kesehatan global.
Pencegahan Adalah Kunci
Menghadapi risiko zoonosis bukan hanya tugas dokter hewan atau ahli kesehatan masyarakat. Peran aktif masyarakat juga sangat penting. Sebagian besar penyakit zoonosis dapat dicegah dengan langkah sederhana namun konsisten. Di antaranya melalui vaksinasi hewan, menjaga kebersihan lingkungan, dan memastikan makanan yang dikonsumsi dalam kondisi aman.
Upaya ini tentu harus dilakukan secara terintegrasi, tidak hanya oleh tenaga kesehatan dan dokter hewan, tetapi juga masyarakat secara luas. Perubahan perilaku sederhana seperti mencuci tangan setelah menyentuh hewan bisa sangat berpengaruh.
One Health: Sinergi Kesehatan Manusia, Hewan, dan Lingkungan
Untuk itulah konsep One Health semakin relevan dalam konteks saat ini. Pendekatan ini menekankan bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling berkaitan dan harus dijaga secara bersamaan, demikian dikutip Ditjen PKH Kementan RI.
Tanpa kolaborasi lintas sektor, pencegahan zoonosis akan sulit dilakukan secara menyeluruh. Maka, Hari Zoonosis Sedunia menjadi ajakan global untuk memperkuat sinergi antar berbagai bidang dalam menghadapi ancaman yang sama.
Dengan memperingati Hari Zoonosis Sedunia, kita tidak hanya mengenang keberhasilan ilmiah masa lalu. Lebih dari itu, kita juga diajak untuk bersiap menghadapi tantangan kesehatan di masa depan dengan cara yang lebih bijak dan terarah. (*)
KEYWORD :Hari Zoonosis Sedunia 6 Juli Peringatan Hari Zoonosis Hari zoonosis 2025